Powered By Blogger

Sabtu, 11 Februari 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga menghisap  rokok  di  tempat-tempat  umum,  kantor,  rumah,  jalan-jalan, dan sebagainya. Di  tempat-tempat  yang  telah  diberi  tanda  “dilarang  merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah  yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok.
Merokok merupakan salah satu masalah  yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena  berkaitan  dengan  banyak  faktor  yang  saling  memicu,  sehingga    seolah-olah sudah menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan  kematian,  oleh  karena  itu  merokok  harus  dihentikan  sebagai usaha  pencegahan  sedini  mungkin. Dari  segi  pemerintahan,  pemerintah memperoleh pajak pemasukan rokok yang tidak sedikit jumlahnya, dan mampu menyerap banyak  tenaga  kerja. Jika pabrik rokok ditutup harus mencarikan pemasukan dana dari sumber lain yang tidak sedikit jumlahnya (sulit pemecahannya). Di pihak perokok sendiri, mereka merasakan kenikmatan begitu nyata, sampai dirasa memberikan kesegaran dan kepuasan tersendiri sehingga setiap  harinya  harus  menyisihkan uang  untuk  merokok.  Kelompok  lain,  khususnya  remaja  pria,  mereka menganggap  bahwa  merokok  adalah  merupakan  ciri  kejantanan  yang membanggakan, sehingga mereka yang tidak merokok malah justru diejek.
Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam Komaslasari (2007) berkaitan dengan adanya krisis psikososial yng dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati drinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan masa topan karena tidak sesuai antara perkembangan psikis dan sosial. Upaya-upaya untuk menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik kepada lawan jenis.
Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia WHO (world healt organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa disebabkan karena kebiasaan merokok, dimana rokok ini membunuh hampir lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut tobacco atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung (rasti, 2008).
Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki, atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. Angka kejadian merokok pada remaja-remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan dari pada di perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok mencerminkan interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, budaya, stress, keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok. Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis, kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi dari pada angka kejadian merokok pada orang dewasa. Remaja wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari jumlah laki-laki perokok kecuali pada etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007)
Indonesia menempati urutan ketiga di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau, yaitu 65 juta perokok atau 28% perpenduduk, dari 225 milyar batang pertahun, data dari hasil laporan WHO 2008 dengan statistik jumlah perokok 1,35 miliar orang (www.carahidup.um.ac.id).
Lebih dari 42 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91,8%) merkok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan sebagaian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun. Saat masih anak-anak atau remaja rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada  1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun) ke 24,2% (15-19 tahun), melonjak ke 60,1% (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih tinggi dari kelompok lain manapun (Depkes, 2003).
Mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok, seharusnya konsumsi rokok pada remaja semakin menurun, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak siswa SMA di kota Bau-Bau khususnya di SMA Negeri 2 Bau-Bau merokok bahkan dilingkungan sekolah dan pada jam sekolah.


Dari fenomena diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dilapangan dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja” khusunya pada siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1.      Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di  SMA Negeri 2 Bau- Bau?
2.      Bagaimana dampak dari perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau- Bau?
C.    Tujuan dan manfaat Penelitian
1.      Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
a.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi  perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau- Bau.
b.      Untuk mengetahui dampak  perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau-Bau.
2.      Manfaat penelitian.
1.      Manfaat Praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai bahaya yang dapat ditimbulkan akibat perilaku merokok pada remaja khususnya pada SMA Negeri 2 Bau – Bau.
2.      Manfaat Teoritis, Bagi peneliti merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku merokok pada remaja
Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh manusia yang mencakup kegiatan motoris dan juga aktifitas atau kegiatan yang bersifat praktis atau jiwani.
Menurut Alisjahbana (1986: 96) bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh manusia tercermin dari segala tindakan dan perbuatan untuk mencapai tujuannya dimana manusia bergantung pada lingkungannya. Jujun (1994: 86) muncul teori KAP (knowledge, attitude and practice) bahwa perilaku orang dipengaruhi oleh sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), akan tetapi semua perilaku terdapat variabel penting yang menjembataninya yaitu variabel motivasi.
Kalangie (1994: 87) mengatakan bahwa perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang bersangkutan.
Sehubungan dengan perilaku sosial, David. O. Sears (1995: 50) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku sosial individu yaitu:


a.       Faktor genetik.
Faktor genetik adalah faktor yang dibawah sejak lahir oleh manusia. Faktor genetik ini merupakan faktor yang dibawah atau diwarisi oleh orang tua.
b.      Faktor pengalaman.
Situasi dan kondisi yang dipetik atau yang dialami serta diamati oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dari perjalanan hidupnya yang akan membentuk perilaku yang berlainan pada setiap individu dalam mengembangkan perilaku sosialnya.
c.       Faktor lingkungan.
Situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang sejak lahir, masa kanak-kanak hingga masa dewasa baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya akan memberikan pengaruh yang berbeda pada perkembangan masing-masing.
d.      Faktor pendidikan.
Tingkat pendidikan yang berbeda akan memberikan tanggapan yang berbeda pada kemampuan individu untuk berinteraksi.
Menurut Odum (1993: 307), perilaku merupakan tindakan yang tegas dari suatu organisasi untuk menjamin hidupnya. Hal tersebut juga merupakan cara-cara yang penting dimana individu-individu terpadukan menjadi himpunan masyarakat yang terorganisir dan teratur. Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu:
1.      Bentuk pasif, adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain.
2.      Bentuk aktif adalah apabila perilaku jelas dapat di observasi secara langsung (Soekidjo, 1996: 120).
Ensiklopedia Amerika (dalam soekidjo, 1996: 23) perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut dengan rangsangan. Dengan demikian, suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Menurut Tomkinds (1991) ada 4 tipe perilaku merokok sebagai berikut:
a.       Tipe perokok yang dipengaruhi oleh persaan positif. Dengan merokok, seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada 3 sub tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. (2) Merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok.
b.      Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif. Misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c.       Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
d.      Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali merupakan suatu perilaku yang sudah bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
Tampat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1)      Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik:
a)      Kelompok Homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain karena itu, mereka menempatkan diri di Smooking area.
b)      Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok seperti anak kecil, orang jompo, orang sakit dan lain-lain).
2)      Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
a)      Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
b)      Toilet. Perokok jenis ini  dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
 Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat dijumpai orang yang sedang merokok.
Perillaku Merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000: 20). Merokok merupakan suatu  aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar asing bagi kita. Sekarang banyak sekali bisa kita temui orang-orang yang melakukan aktivitas merokok yang disebut sebagai perokok.
Seseorang dikatakan sebagai perokok yang sangat berat, bisa diketahui dari seberapa banyak rokok yang ia habiskan dalam setiap harinya. Seperti halnya yang diutarakan sebagai berikut:
“Merokok yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih darai 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. (http//www.e-psikologi/merokok+remaja.com).
Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000: 17) menyatakan bahwa “seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis”. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok.
Di Indonesia, kebanyakan anak-anak remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya merokok, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya. Merokok pada remaja karena kemauan sendiri disebabkan oleh keinginan menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka mulai dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain yang merokok) lantas jadi perokok aktif. Mungkin juga semula hanya mencoba-coba kemudian menjadi ketagihan akibat adanya nikotin di dalam rokok. Hampir disetiap tempat berkumpul remaja atau anak-anak usia sekolah menengah kita menemukan para remaja merokok.
Harus kita sadari bahwa merokok bagi para remaja khususnya remaja yang masih berusia sekolah menengah sudah menjadi hal biasa dan dapat dibanggakan bagi mereka, bahkan banyak dari mereka sudah menjadi perokok aktif. Di Indonesia, anak-anak berusia muda mulai merokok disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya, dan di ajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya (Sitepoe, 2000: 17).
Merokok juga merupakan salah satu yang dilakukan oleh para remaja untuk menyatakan bahwa mereka diterima dan teridentifikasi menjadi suatu kelompok tertentu. Remaja cenderung merokok jika mereka:
a.        Memiliki teman-teman atau keluarga merokok.
b.      Sukar mengatakan tidak, terutama kepada teman-teman atau oarang-orang yang ingin buat mereka terkesan.
c.       Tidak mengetahui resikonya.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab  dan yang mempengaruhi remaja memiliki perilaku merokok.
1.      Alasan remaja merokok
Begitu banyak sebab atau alasan yang disampaikan oleh remaja mengapa dia melakukan aktivitas merokok. Sebagian besar remaja melakukan aktivitas merokok karena ia ingin terkesan dewasa, gagah atau “macho”. Faktor pendorong remaja mulai melakukan aktivitas merokok, antara lain:
a.    Rasa ingin tahu sampai menjadi ketergantungan.
b.    Untuk meningkatkan kesan “kejagoan”
c.    Hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya.
d.   Adanya stress atau konflik batin atau masalah yang sulit diselesaikan.
e.    Dorongan sosial dari lingkungan yang mendesak remaja untuk merokok atau kalau tidak merokok dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya.
f.      Ketidak tahuan akibat bahaya merokok. (PMI, 1996: 41).
2.    Lingkungan yang dapat mempengaruhi individu merokok.
Faktor penyebab remaja merokok biasanya dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa saja dari faktor keluarga, tempat tinggal atau bahkan lingkungan pergaulan. Seperti yang disampaikan oleh Darvil dan Powell (2002: 121) bahwa remaja cenderung merokok karena memiliki teman-teman atau keluarga yang merokok.
Ada lingkungan yang menganggap merokok merupakan suatu hal yang kurang pantas dilakukan oleh para remaja. Tetapi, ada juga lingkungan dimana merokok pada remaja adalah suatu hal yang wajar atau bahkan jika remaja laki-laki tidak merokok akan dibilang remaja laki-laki yang aneh. Selin itu, ada juga remaja laki-laki yang merokok disebabkan karena ia melihat ayahnya merokok.
Bagi remaja solidaritas kelompok adalah suatu hal yang penting. Remaja cenderung untuk melakukan apa yang sering dilakukan kelompok. Apabila dalam suatu kelompok remaja, merokok adalah suatu aktivitas yang sering dilakukan maka remaja yang tergabung di dalamnya cenderung untuk melakukan aktivitas merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah sosial dimana remaja yang semestinya tidak merokok berdasarkan pertimbangan-pertimbangan baik dari dampak yang ditimbulkan maupun dari pandangan sosial masyarakat yang menganggap bahwa remaja yang merokok dianggap sebagai suatu penyimpangan sosial. Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan
B.     Konsep remaja.
Seringkali dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau disebut juga usia belasan. Hurlock (1999: 206) menyatakan bahwa “secara psikologis masa remaja adalah usia dimana  individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa”.
Remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak dan orang dewasa. Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (pardede, 2002).
Berdasarkan kronologi dan berbagai kepentingan, terdapat beberapa defenisi tentang remaja (Soetjiningsih, 2004) yaitu:
1.      Pada buku -buku pediatric, pada umumnya mendefeniasikan remaja adalah apabila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
2.      Menurut Undang-Undang no. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3.      Menurut Undang-Undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun dan sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
4.      Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1 tahun1979, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
5.      Menurut Diknas anak dianggap remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai saat lulus sekolah menengah.
6.      Menurut WHO, remaja bila anak mencapai umur 10-18 tahun.
Remaja dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, akan melewati tahap berikut: masa remaja awal/dini (early adolescence) umur 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun (rejeki, 2007).
Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Mula-mula individu mencoba merokok, merasakan tekanan rekan sebaya untuk merokok,  dan mengembangkan sikap tentang seperti apa seorang perokok. Setelah melalui proses-proses tersebut, barulah individu menentukan apakah akan mengkonsumsi nikotin atau tidak. dalam proses tersebut peran teman sebaya menjadi lebih penting mengingat akan tahapan perkembangan remaja yang menitik beratkan pada penerimaan dari rekan sebaya. Berbagai faktor meliputi fisiologis, psikologis, dan faktor-faktor sosial menjadi alasan seseorang remaja menjadi perokok (sentika, 2008)
  1. Tinjauan umum tentang lingkungan sekolah.
1)      Orang tua/ keluarga
Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seseorang sedang mengalami masa kritis yang disebabkan karena ia akan beranjak menuju kedewasaan. Dalam masa peralihan ini remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang sedang sulit dan masa-masa yang membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintainya dan dekat dengannya terutama dari keluarga. Dengan demikian komunikasi antara anggota keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian remaja.
Kurangnya komunikasi antara anggota keluarga dapat menjadi penyebab utama dari timbulnya berbagai masalah pada remaja. Kenakalan remaja, seperti perilaku merokok, dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua telah sibuk dengan berbagai aktivitas. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu sikap atau cara-cara yang bersifat preventif dan cara yang bersifat represif (Afriani, 2009).
2)      Teman-teman
Kebanyakan remaja pertamakali merokok karena pengaruh teman. Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok juga. Berbagai faktor mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah peokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman- temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87% sekurang-kurangnya mempunyai satu atau lebih sahabat yang perokok begitupula dengan remaja non perokok (Widianti, 2009).
Remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini karena untuk iseng, agar terlihat tenang pada saat berpacaran, berani ambil resiko, karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan, dan kelilhatan seperti orang dewasa (nainggolan, 1998).
b.      Tinjauan Umum Tentang psikologi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah sangat cepat. Berdasarkan hasil penelitian bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah  dari mood senang luar biasa kesedih luar biasa,  sementara orang dewasa memerlukan hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada remaja sering kali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari- hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-rubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis (Atkinsom, 1999).
Masalah kesadaran diri pada remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena remaja beranggapan bahwa orang lain sangat mengagumi atau saling mengkritik. Anggapan itu mebuat remaja sangat memperhatikan diri dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung beranggapan dirinya sangat unik dan bahkan remaja percaya keunikan akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan terhadap kenyataan (Mappiare, 1992).
Tindakan impulsif sering dilakukan oleh sebagian remaja karena remaja tidak sadar dan belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri, dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan dalam menghadapi masalah.
Remja akan membayangkan apa yang dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengandung resiko dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengandung resiko pada remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau, aktivitas sosial yang berganti-ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung. Alasan perilaku yang mengandung resiko adalah bermacam-macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya (Widianti, 2009).
c.  Tinjauan Umum Tentang Media Iklan
Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikaian rupa agar    dapat menarik minat khalayak, original, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.
Banyaknya iklan rokok dimedia cetak, elektronik dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Salah satu iklan yang dianggap cukup berbahaya dan paling sering melanggar etika periklanan adalah iklan rokok.
Penggambaran tokoh serta adegan-adegan menantang dalam iklan membuat para masyarakat khususnya remaja dan anak-anak menirunya. Iklan-iklan yang ada merangsang mereka untuk merokok dengan bujukan yang berbeda. Meskipun dalam iklan rokok tidak digambarkan orang merokok akan tetapi adegan-adegan yang identik dengan keperkasaan atau kebebasan mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi rokok.
Remaja juga dikesankan lebih hebat bila merokok. Idola para remaja mulai dari penyanyi, grup hingga bintang film dilibatkan sebagai model dalam iklan rokok. Industri rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap mencari identitas. Melalui iklan televisi, biasanya para remaja meniru dan mengikuti gaya hidup idolanya. Industri rokok juga sangat paham mengkondisikan perasaan positif pada benda yang diiklankan di televisi. Tema iklan rokok selalu menampilkan pesan positif seperti macho, bergaya, peduli, dan setia kawan. Efek kultifasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan orang-orang yang terkena efek ini menganggap bahwa lingkungan disekitar sama seperti yang tergambar dalam media televisi.



C.    Dampak perilaku merokok pada remaja
Kerugian yang ditimbulkan dari perilaku merokok sangat banyak bagi kesehatan tapi sayangnya masi saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsiogenik.
Sebagaimana halnya berbagai aktivitas, merokok ada dampak yang ditimbulkannya, baik dampak  positif  maupun  dampak negatif. Namun jika kita kaji lebih dalam merokok banyak mengandung dampak negatifnya dibanding dampak positifnya. Meskipun demikian, jumlah perokok tiap tahunnya semakin meningkat.
a.       Dampak positif dari merokok
Meskipun didalam bungkus rokok itu sendiri tertulis peringatan bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung, kanker, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin, tetapi seperi tidak diperdulikan oleh para perokok. Kebanyakan para perokok mengatakan mulut terasa asam jika tidak merokok terlebih lagi setelah makan. Beberapa hal dianggap sebagai manfaat dari merokok adalah sebagai berikut:
1.      Mengurangi stress, tekanan perasaan yang kurang enak, secara tidak langsung menjadikan remaja lebih berani.
2.      Menimbulkan perasaan nikmat.
3.      Mempererat pergaulan antar kawan, terutama bila semua kawan merokok.
4.      Meningkatkan keberanian dan perasaan jantan, jagoan dan macho.
5.      Mengurangi nafsu makan, sehingga bisa mencegah kegemukan (PMI, 1996: 40).
Dari kelima manfaat yang ditimbulkan dari merokok khususnya bagi para remaja yang digunakan sebagai alasan untuk merokok yaitu cenderung pada hal mengurangi stress, mempererat pergaulan dan meningkatkan keberanian dan perasaan jantan.
b.      Dampak negatif dari merokok.
Sebenarnya jika kita mengetahui apa yang dihasilkan dari merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Dalam bungkus rokok itu sendiri dicantumkan peringatan pemerintah bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung, paru-paru, kanker, impotensi serta gangguan kehamilan dan janin. Dibawah ini akan disampaikan kerugian dari merokok antara lain:
1.      Rokok mengandung 4000 jenis bahan racun yang berbahaya bagi kesehatan, antara lain yang telah dikenal baik adalah karbon monoksida (co) yang bisa mematikan, nikotin yang mendorong pengapuran jantung dan pembuluh darah, tar yang dapat menyumbat dan mengurangi fungsi saluran nafas dan menyebabkan kanker, serta berbagai racun pada hati, otak dan pembentuk kanker.

2.      Rokok menurunkan konsentrasi, misalnya sewaktu mengemudi dan berpikir.
3.      Rokok menurunkan kebugaran.
4.      Rrokok bukan hanya meracuni para perokok sendiri, namun juga orang disekitarnya (sebagai perokok pasif) dengan bahaya yang sama.
5.      Rokok menimbulkan ketergantungan dan perasaan kehilangan sesuatu. Kalau rokok tidak tersedia, yang berakibat pada penurunan prestasi belajar dan bekerja.
6.      Rokok memboroskan
7.      Rokok dapat menyulut kebakaran (PMI, 1996: 40)
Selain beberapa hal di atas juga ada bebrapa kerugian lainnya dari merokok yaitu:
1.      Merokok dapat menyebabkan penyakit pada alat pencernaan.
2.      Merokok meningkatkan tekanan darah.
3.      Merokok meningkatkan prevalensi gondok.
4.      Merokok dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah.
5.      Merokok dapat memperpendek usia.
6.      Merokok menghambat buang air kecil.
7.      Merokok menimbulkan amblyopia atau penglihatan menjadi kabur.
8.      Merokok bersifat adiksi (ketagihan)
9.      Merokok membuat lebih cepat tua dan memperburuk wajah.
10.  Rokok penyebab polusi udara dalam ruangan.(Sitepoe, 2000: 38-41)
Beberapa kerugian atau dampak negatif tentang  merokok yang telah disampaikan di atas sebenarnya lebih memperjelas bahwa merokok itu banyak sekali kerugiannya. Sering kita dengar istilah merokok dapat menyebabkan kematian, sebenarnya merokok bukan penyebab kematian melainkan merokok dapat memicu suatu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Begitu banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat merokok semoga saja para perokok menyadari akan kerugian-kerugian itu dan meninggalkan aktivitas merokok.















  1. Kerangka Pikir

 




















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Bau-Bau, dengan memfokuskan lokasi pada SMA Negeri 2 Bau-Bau. Peneliti mengambil lokasi ini sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan bahwa SMA Negeri 2 Kota Bau-Bau merupakan salah satu SMA Negeri yang juga pada saat ini sedang dilanda maraknya penggunaan rokok oleh generasi muda.
B.     POPULASI DAN SAMPEL
Objek penelitian ini di fokuskan pada remaja yang ada di SMA Negeri 2 Bau-Bau dalam kaitannya dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau-Bau, untuk itu penetapan populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh remaja laki-laki yang masih duduk di bangku SMA Negeri 2 Bau-Bau dengan jumlah populasi yaitu kelas X sebanyak 224, kelas XI 423, dan kelas XII sebanyak 181. Jadi jumlah populasi seluruhnya sebanyak 828 siswa laki-laki.
Keseluruhan populasi tersebut tidak mungkin akan diambil datanya oleh peneliti secara satu per satu. Karena cara demikian selain  tidak efisien  juga tidak  menghemat waktu dan biaya penelitian yang digunakan. Untuk itu, peneliti menetapkan sampel penelitian yang dianggap dapat mewakili masing-masing populasi yang telah ditetapkan.

Adapun sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk di SMA  Negeri 2 Kota Bau-Bau. Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel strata. Cara pengambilan sampel ini dilakukan peneliti dengan terlebih dahulu menetapkan  unit-unit sampel yang spesifik yang dianggap mewakili kelas-kelas yang ada di SMA  Negeri 2 Bau-Bau. Peneliti menetapkan 3 unit sampel kelas pada SMA  Negeri 2 Bau-Bau, jadi secara keseluruhan, perincian sampel yang diambil dari masing-masing unit sampel adalah sebagai berikut :
§  Sampel siswa yang duduk di kelas X ditetapkan 5 responden
§  Sampel siswa yang duduk di kelas XI ditetapkan 5 responden
§  Sampel siswa yang duduk di kelas XII ditetapkan 5 responden.
Jadi jumlah keseluruhan sampel penelitian ditetapkan sebanyak 15 responden. Ditambah informan dari guru-guru SMA Negeri 2 Bau-Bau dengan perincian informan yang diambil adalah sebagai berikut:
  • Guru agama, ditetapkan 1 informan.
  • Guru BP, ditetapkan 1 informan.
  • Kepala sekolah, ditetapkan 1 informan.
Jadi jumlah keseluruhan informan penelitian yang ditetapkan untuk kalangan guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Bau-Bau, adalah 3 informan.
C.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.    Studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara menelaah berbagai buku, literatur, atau bahan tertulis lainnya yang erat kaitannya dengan objek permasalahan yang diteliti.
2.    Penelitian lapangan yaitu dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data secara langsung kepada sejumlah responden dengan teknik :
a.     Wawancara langsung terhadap sejumlah informan  dengan materi wawancara yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
b.     Observasi, yaitu pengamatan langsung dilokasi penelitian terhadap sasaran penelitian, yaitu remaja atau siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau yang merokok. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau-Bau.
c.    Angket (kuesioner)
Sebagai instrumen utama dalam penelitian yang dibuat suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan tertulis mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti guna memperoleh data dari responden tentang objek yang akan diteliti.
D.    Teknik analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Deskriptif Kualitatif yaitu dengan menginterprestasikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai dengan narasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Gambaran Umum Lokasi
SMA Negeri 2 Bau-Bau adalah salah satu SMA Negeri di Kota Bau-Bau yang berada di alamat Jln. Betoambari No. 67 kota Bau-Bau dan didirikan pada tahun 1976
Batas-batas wilayah SMA Negeri 2 Bau-Bau yaitu dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan Betoambari
  2. Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan warga
  3. Sebelah barat berbatasan dengan SMP Negeri 4 Bau-Bau
  4. Sebelah timur berbatasan dengan Jln. Wa Ode Wau
Jumlah ketenagaan di SMA Negeri 2 Bau-Bau terdiri dari guru tetap (76 orang), guru tidak tetap (16 orang), dan kepala sekolah (1 orang).
SMA Negeri 2 Bau-Bau memiliki 3 kelompok kelas, yaitu kelas X terdiri dari 12 kelas, kelas XI terdiri dari 11 kelas, dan kelas XII terdiri dari 10 kelas. Selain itu untuk menunjang kegiatan pelayanan pendidikan di SMA Negeri 2 Bau-Bau maka perlu ruangan seperi 1 unit ruang kepala sekolah, 1 unit ruang tata usaha,1 unit ruang guru, 1 unit ruang perpustakaan, 1 unit ruang komputer, dan 4 unit ruang laboratorium. Adapun ruang pelengkap lainnya yaitu 1 unit ruang OSIS, PMR, dan UKS, 2 unit WC, 4 unit lapangan olah raga, dan 1 unit kantin.
B.     Hasil dan Pembahasan
  1. Karakteristik Responden
a.       Lokasi Responden
Lokasi responden adalah tempat pengambilan sampel atau data responden diperoleh selama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan untuk memperoleh data dari responden seluruhnya berada di SMA Negeri 2 Bau-Bau dengan jumlah responden sebanyak 15 orang.
b.      Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden adalah pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin responden. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari responden seluruhnya berasal dari responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang, tidak satupun responden perempuan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena perilaku merokok dikalangan perempuan masih jarang ditemukan, selain itu budaya ketimuran yang ada di Kota Bau-Bau masih kental, sehingga bagi masyarakat perilaku merokok pada remaja  masih dianggap sebagai perbuatan yang melanggar norma atau perbuatan yang menyimpang.
c.    Umur Responden
Umur responden adalah distribusi responden diukur berdasarkan umur responden. Distribusi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010
No
Umur
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
14
2
13,3
2
16
3
20
3
17
6
40
4
18
4
26,7
Jumlah
15
100
                  Sumber: Data primer 2010.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan yang terendah berada pada kelompok umur 14 tahun yaitu sebanyak 2 orang (13,3%). Hal ini menunjukan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini masih kategori remaja dimana usia remaja berkisar antara 10-18 tahun  yang merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak menuju kemasa dewasa. Pada tahap perkembangan remaja ini kondisi kejiwaan remja masih rentan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar individu. Pada masa ini pula remaja cenderung bertindak tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.

d.   Kelas Responden
Kelas responden adalah pengambilan sampel berdasarkan kelas-kelas pada lokasi penelitian. Distribusi responden menurut kelas dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2 . Distribusi Responden Menurut Kelas Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Kelas
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
X
5
33,3
2
XI
5
33,3
3
XII
5
33,3
Jumlah
15
100
 Sumber: Data primer 2010.
Tabel 2 menunjukkan bahwa keseluruhan responden di peroleh secara merata pada tiap-tiap kelas yaitu pada kelas X sebanyak 5 orang (33,3%), kelas XI sebanyak 5 orang (33,3%), dan kelas XII sebanyak 5 orang (33,3%).
Dalam penelitian ini pengambilan data dari responden di peroleh dari tiap-tiap kelas yang dipilih secara sengaja. Pengambilan sampel sejumlah 5 responden pada tiap-tiap unit kelas dikarenakan jumlah siswa laki-laki pada unit-unit kelas yang diteliti lebih kecil dari jumlah siswa perempuan.
e.    Pekerjaan Orang Tua
Distribusi responden menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Pekerjaan orang tua
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
PNS
4
26,7
2
Wiraswasta
3
20
3
Petani
2
13,3
4
Nelayan
6
40
Jumlah
15
100
        Sumber: Data primer 2010
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai nelayan yaitu sebanyak 6 orang (40%). Hal ini disebabkan karena letak geografis kota Bau-Bau yang hampir seluruh wilayah daratannya berada pada pesisir pantai, sehingga memungkinkan pekerjaan orang tua responden bekerja sebagai nelayan. Selain itu letak SMA Negeri 2 Bau-Bau yang berada dekat dengan pemukiman masyarakat nelayan, yang menjadikan orang tua responden bekerja sebagai nelayan. Sedangkan sisanya bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 2 orang (13,3%).
f.       Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah sikap dan kebiasaan seseorang menghisap rokok disebabkan karena alasan-alasan tertentu. Misalnya adanya pengaruh lingkungan, media, dan pengaruh psikologi.
Berdasrkan data yang diperoleh dari responden diketahui bahwa seluruh responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini seluruhnya berperilaku merokok sebanyak 15 orang (100%), dan tidak satupun dari responden yang dijadikan sebagai sampel tidak berperilaku merokok. hal ini menandakan bahwa angka konsumsi merokok pada remaja di SMA 2 semakin meningkat.
Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada saat individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut samapai individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi masalah emosional.
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena benar-benar telah menjadi kebiasaan. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok. Maka dapat digolongkan atas: merokok ditempat-tempat umum/ruang publik dan merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi.
Berdasarkan penelitian yang mana responden merupakan siswa SMA yang kebanyakan keseharian mereka berada di sekolah sehingga kebiasaan merokok dilingkungan sekolah sudah menjadi hal biasa dijumpai pada saat jam istrahat. Distribusi responden menurut kebiasan merokok di lingkungan sekolah dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Yang Merokok Dilingkungan Sekolah Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau  Tahun 2010.
No
Merokok di sekolah
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
Ya
13
86,7
2
Tidak
2
13,3
               Jumlah
15
100
                  Sumber: Data primer 2010
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok hanya terdapat 13 orang (86,7) yang sering merokok di lingkungan sekolah, dan sisanya sebanyak 2 orang (13,3%) yang tidak pernah merokok dilingkungan sekolah. Sebagian siswa atau responden tidak merokok dilingkungan sekolah karena adanya peraturan sekolah yang melarang siswa merokok selama berada dilingkungan sekolah.
Berdasrkan hasil wawancara dari salah satu informan kunci yaitu kepala sekolah SMA Negeri 2 Bau-Bau Drs. La udu mengatakan bahwa ”Ada aturan sekolah yang menyatakan apabila siswa merokok dilingkungan sekolah maka siswa akan memperoleh sanksi pemberian poin sebanyank 50 poin, apabila jumlah poin yang diperoleh siswa sebanyak 100 poin maka akan dikenakan sanksi yaitu dengan mengeluarkan siswa yang bermasalah tersebut, hal itu menyebabkan sebagian siswa takut untuk merokok disekolah, namun masih banyak siswa yang merokok didalam sekolah hal itu dilakukan pada saat jam istrahat dan tempat merokoknya pun susah diketahui oleh guru-guru yang mengawas pada saat itu, karena lokasi tempat merokok mereka yaitu di belakang ruangan kelas yang kosong”.
Tabel 5.  Distribusi Responden Yang Merokok Berdasarkan Jenis Rokok Yang Dihisap Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Jenis rokok
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
Filter
14
93,3
2
Kretek
1
6,7
Jumlah
15
100





 Sumber: Data primer 2010
Selain itu, dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok, sebagian besar responden yaitu sebanyak 14 orang (93,3%) menyukai jenis rokok filter, sedangkan sisanya responden menyukai jenis rokok kretek yaitu sebanyak 1 orang (6,7%). Sebagian besar responden menyukai jenis rokok filter karena sebagian besar jenis rokok yang beredar di masyarakat yaitu jenis rokok filter. Selain jenis rokok yang dihisap oleh remaja, jumlah rokok juga bisa meencerminkan pola perilaku merokok pada remaja. Seseorang dikatakan perokok sangat berat bisa dilihat daari seberapa banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari. Distribusi responden menurut jumlah rokok yang dihisap dapat dilihat pada tabel 6.
                   Tabel 6. Dstribusi Responden Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap Pada siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010
No
Jumlah rokok/hari
Frekuensi
(n)

Presentase
(%)

1
10
12
80
2
11-21
3
20
3
21-30
-
-
4
31
-
-
Jumlah
15
100
Sumber: Data primer 2010.
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar responden berada pada kelompok 10 batang/hari yaitu sebanyak 12 orang (80%), sedangkan yang terendah pada kelompok 11-21 batang/hari yaitu hanya sebanyak 3 orang (20%).
Perokok dikatakan sangat berat  adalah bila mengkonsumsi rokok 31 batang perhari, perokok berat 21-30 batang sehari, perokok sedang 11-21 perhari, perokok ringan 10 batang perhari (http//:www.e-psikologi/merokok+remaja.com).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar reesponden atau sebanyak 12 orang dalam sehari hanya menghabiskan rokok 10 batang. Oleh karena itu tipe perokok pada remaja dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai perokok ringan.
g.      Mulai Merokok
Mulai merokok merupakan usia awal siswa yang bersangkutan atau responden mulai dan pertama kali merokok. Siswa mulai merokok ini biasanya dengan alasan-alasan tertentu dari dalam diri masing-masing. Distribusi responden menurut mulai merokok dapat dilihat pada tabel 7.





Tabel 7.  Distribusi Responden Menurut Usia Mulai Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Usia merokok
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
6-8
1
6,7
2
9-11
_
_
3
12-14
8
53.3
4
15-17
6
40
Jumlah
15
100





Sumber: Data primer 2010.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mulai merokok pada kelompok usia 12-14 tahun sebanyak 8 orang (53,3%), dan kelompok usia 15-17 tahun sebanyak 6 orang (40%), sedangkan yang terendah responden mulai merokok pada kelompok usia 6-8 tahun sebanyak 1 orang (6,7%).
Sebagian besar usia responden pertama kali atau mulai merokok pada usia yang merupakan fase yang paling rentan bagi remaja untuk menerima perilaku-perilaku negatif termasuk perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia 12-14 tahun merupkan fase peralihan dari masa remaja awal/dini menuju masa remaja pertengahan, yang segala sesuatu hal diterima tanpa memikirkan konsekuensi atau baik buruknya segala sesuatu yang dilakukan remaja tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh soetjiningsih (2007), yang menyatakan bahwa lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari.
Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Mula-mula individu mencoba merokok, merasakan tekanan rekan sebaya untuk merokok, dan mengembangkan sikap tentang seperti apa seorang perokok. Setelah melalui proses-proses tersebut, barulah individu menentukan apakah akan terus mengkonsumsi nikotin atau tidak (Sentika, 2008).
Berdasrkan teori yang menyatakan bahwa dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasrkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahap berikut: masa remaja awal/dini (early adolescence) umur 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun (Rejeki, 2007).
2. Alasan merokok 
Begitu banyak alasan yang disampaikan oleh remaja mengapa dia melakukan aktivitas merokok diantaranya yaitu:
1.      Ikut-ikutan. Remaja dalam berperilaku merokok cenderung mengikuti atau melihat teman-temannya yang merokok. Biasannya semakin banyak teman-teman remaja yang merokok maka semakin tinggi kemungkinan remaja itu merokok juga. Teman-teman sebaya memberi pengaruh penting dalam pembentukan perilaku pada remaja. Dalam penelitian ini responden pertama kali merokok karena melihat teman-temannya merokok, selain itu desakan dari teman-taman kalu tidak merokok dianggap tidak solider dengan teman-teman sebayanya.
2.      Coba-coba. Remaja cenderung ingin mencari sesuatu yang baru yang belum dia peroleh. Dalam penelitian ini kebanyakan remaja sebelum berperilaku merokok mereka ingin tahu bagaiman rasanya kalau merokok, hal ttersebut dilatar belakangi karena seringnya remaja melihat lingkungan sosialnya baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan teman-teman sebayannya yang hampir semua merokok.
3.      Hilangkan stress. Begitu banyak tugas yang dibebankan kepada siswa membuat siswa merasa perlu ada sesuatu yang dapat menghilangkan beban yang ada dipikiran mereka. Salah satu cara yang mereka lakukan yaitu dengan cara mengkonsumsi rokok. Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian siswa tidak segan-segan keluar dari ruang kelas meskipun proses belajar mengajar berlangsung hanya untuk mengkonsumsi rokok. Distribusi responden menurut alasan merokok dapat dilihat pada tabel 8.


Tabel 8.  Distribusi Responden Menurut Alasan Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Alasan merokok
Frekuensi
(n)

Presentase
(%)

1
Coba-coba
6
40
2
Ikut-ikutan
6
40
3
Meningkatkan kesan kejagoan
-
-
4
Hilangkan sress
3
20
5
Tidak tahu bahaya rokok
-
-
6
Dorongan teman sebaya
-
-
Jumlah
15
100
Sumber: Data primer 2010.
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar responden memiliki alasan merokok karena ikut-ikutan yaitu sebanyak 6 orang (40%) dan coba-coba yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan yang terendah responden merokok dengan alasan untuk menghilangkan stress yaitu sebanyak 3 orang (20%)
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa alasan remaja merokok yaitu adanya rasa ingin tahu atau coba-coba hingga ketergantungan, adanya hasrat untuk berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya dimana dalam hal ini remaja merokok cenderung mengikuti teman-temannya yang merokok, apabila remaja tidak merokok dianggap tidak solider dengan lingkungannya, selain itu remaja cenderung merokok karena alasan untuk menghilangkan stress atau konflik batin atau masalah yang sulit diselesaikan (PMI, 1996: 41)
Selain itu bila melihat usia responden pertama kali mengenal rokok masih sangat dini atau muda, dimana mereka belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya, shingga apapun yang dilakukannya hannya mengikuti aspek emosional atau perasaannya saja tanpa harus memikirkan dampak buruk atau dampak negtif baik bagi dirinnya maupun bagi orang lain dilingkungan sekitarnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan kunci yaitu koordinator BK (Drs. Muis) mengatakn bahwa ” Dari sekian kasus yang kami tangani, salah satu alasan kenapa mereka merokok yaitu karena ikut-ikutan melihat temannya merokok, bahkan melihat guru mengajarnya merokok, sehingga meberikan persepsi terhadap diri remaja tentang sosok seorang guru atau teman yang merokok”
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja
a.       Lingkungan sosial yang mempengaruhi merokok
Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang mempengaruhi siswa merokok termaksud di dalamnya yaitu lingkungan keluarga, teman atau sahabat, dan media iklan


a)      Pengaruh Keluarga atau Teman
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya mengenai peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian besar terhadap remaja. Kesenjangan antara norma ukuran dalam keluarga atau teman perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan yang serba tidak menentu dari suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali yakni penyimpangan dari peraturan yang ada. Distribusi responden menurut lingkungan keluarga atau teman dapat dilihat pada tabel 9
Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Pengaruh Keluarga Atau Teman Pada Siswa SMA N 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Pengaruh
Frekuensi
(n)

Presentase
(%)

1
Keluarga
4
26,7
2
Teman
11
73,3
Jumlah
15
100
Sumber: Data primer 2010
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar responden berperilaku merokok karena pengaruh lingkungan pergaulan atau temannya yaitu sebanyak 11 orang (73,3%), sedangkan sisanya responden berperilaku merokok karena pengaruh dari lingkungan keluarga yaitu hanya sebanyak 4 orang (26,7%).
Berdasarkan penelitian ini diketahui sebagian besar responden mengenal atau memiliki kebisaan merokok karena pengaruh teman-teman. Hal ini karena remaja memiliki hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya, dorongan sosial dari lingkungan yang mendesak remaja untuk merokok atau kalu tidak merokok dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya.
Selain itu, dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok terdapat responden yang memperoleh rokok dari pemberian teman. Distribusi responden menurut pemberian rokok oleh teman dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Pemberian Rokok Oleh Teman Pada Siswa SMA N 2 Bau-Bau Tahun 2010
No
Pemberian teman
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
Ya
12
80
2
Tidak
3
20
Jumlah
15
100
Sumber: Data primer 2010

 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok, terdapat 12 responden (80%) yang konsumsi rokoknya berasal dari pemberian teman dan 3 orang (20%) tidak. Hal ini sesuai dengan berbagai fakta yang mengungkapkan bahwa makin banyak remaja merokok makin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga.
”Banyak remaja yang merokok bukan karena ia membeli atau mengkonsumsi rokok menggunakan uang yang ia miliki, tapi remaja mengkonsumsi rokok karena pemberian dari teman-temannya yang merokok sebagai bukti solidaritas antara sesama teman terutama teman yang merokok” Dikutip dari hasil wawancara salah satu informan kunci yitu guru agama (Arwahi)
Selain itu dari 15 responden yang memiliki perilaku merokok, terdapat responden yang merokok tanpa sepengetahuan dari orang tua. Distribusi responden menurut sepengetauan oarang tua terhadap perilaku remaja dapat dilihat pada tabel 11.






Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Sepengetahuan Orang Tua Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
 Diketahui orang tua
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
Ya
 1
6,7
 2
Tidak
14
93,3
          Jumlah
15
    100
Sumber: Data primer 2010
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 15 responden hanya 1 orang (6,7%) yanng merokok berdasarkan sepengetahuan orang tua, dan sebagian besar yaitu sebanyak 14 orang (93,3%) memiliki kebiasaan merokok tanpa sepengetahuan dari oarag tuaannya.
Sebagian besar orag tua responden tidak tahu bahwa anak mereka merokok, karena kebudayaan timur yang masih kuat yang menganggap bahwa merokok di usia terlalu dini merupakan perilaku reamaja nakal, sehingga remaja cenderung menutupi perilaku mereka termakasud perilaku merokok agar tidak diketahui oleh orang tua.
Menurut Afriyani (2009) bahwa dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya mengambil dua sikap bicara yaitu, sikap atau cara yang bersifat prefentif, dan cara yang bersifat represif.
Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu memtiakn kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog pada masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sehingga kebutuhan yang lebih mendasar yaitu perhatian dan kasih sayang tiak diperoleh oleh anak. Perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan berupa material ternyata belum mampu menyentuh keemanusiaan anak.
b)      Pengaruh Media iklan
Media iklan merupakan sarana informasi produk (rokok) yang disampaikan kepada konsumen sebagai pengguna rokok. Distribusi responden menurut pengaruh media iklan dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Pengaruh Media Iklan Pada         Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Pengruh iklan
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1
Ya
8
53,3
 2
Tidak
7
46,7
Jumlah
15
100
                 Sumber: Data primer 2010
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok terdapat 8 orang (53,3%) yang menganggap bahwa iklan rokok memberi pengaruh terhadap perilaku merokok bagi diri mereka, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 7 orang (46,7%) menganggap bahwa iklan rokok tidak memberi pengaruh terhadap perilaku merokok bagi diri mereka. Hal ini sesuai dengan fenomena yang ada di masyarakat bahwa usia remaja merupakan fase dimana seseorng selalu mencari figur sebagai idola untuk dijadikan contoh atau panutan dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi industri rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap mencari identitas. Melalui iklan di televisi biasanya para remaja meniru dan mengikuti gaya hidup para idolanya.
Tema iklan rokok sealalu menampilkan pesan positif seeperti macho, bergaya, peduli, dan setia kawan. Sehingga dengan adanya iklan rokok dengan artis idola mereka sebagai bintang iklan bukannya membuat remaja sadar akan bahaya rokok melainkan remaja semakin menganggap bahwa rokok sebagai lambang kejantanan, kesuksesan, kenikmatan, kebebasan, kedewasaan dan lain-lain. Yang kesemuanya merupakan buayan yang mengajak masyarakat khususnya remaja untuk merokok.
4.    Dampak perilaku merokok
Sebagaimana halnya berbagai aktivitas, merokok ada dampak yang ditimbulkannya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Namun jika dikaji lebih jauh dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok ini yaitu cenderung kedampak negatif dibandingkan dampak positifnya.
1)        Dampak positif bagi perokok
a)       Mengurangi stress. Remaja cenderung merokok karena mereka merasa begitu banyak beban yang dihadapi disekolah, seperti tugas. Untuk mengatasi hal itu remaja menkonsumsi rokok untuk menghilangkan beban yang ada pada diri mereka. Dengan mengkonsumsi rokok bebn tersebut bisa menghilang untuk sementara.
b)       Menimbulkan perasaan nikmat. Dampak yang dirasakan remaja disaat merokok mereka merasakan kenikmatan dari asap rokok yang mereka hisap, bahkan dengan memegang rokok saja mereka merasakan kenikmatan.
c)       Mempererat pergaulan. Dengan merokok remaja dapat mempererat pergaulan antara sesama teman khususnya teman yang merokok. Remaja dalam berperilaku merokok biasanya menggunakan rokok sebagai lambang penghargaan terhadap teman sebayanya yang lain. Apabila salah satu teman tidak memili rokok, satu batang rokok pun bisa dikonsumsi berdua. Distribusi responden menurut dampak positif yang ditimbulkan dari perilaku merokok dapat dilihat pada tabel 13.


Tabel 13. Distribusi Responden Menurut Dampak Positif  Dari  Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010
No
Dampak Positif  Merokok

Frekuensi
(n)



Presentase

(%)

1
Nikmat
10
66,7
2
Mempererat pergaulan
3
20
3
Hilangkan stress
2
13,3
4
Meningkatkan keberanian
-
-
5
Mengurangi nafsu makan
-
-
Jumlah
15
100
Sumber: Data primer 2010.
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, diperoleh data tentang dampak positif yang ditimbulkan dari perilaku merokok yaitu sebanyak 10 responden (66,7) yang mengatakan bahwa merokok itu dapat menimbulkan perasaan nikmat. Dengan merokok bahkan memegang rokok bagi responden hal tersebut dapat memberikan kenikmatan tersendiri terutama disaat menghembuskan asap rokok yang digisap ada perasaan nikmat yang dirasakan, bahkan menurut responden kalu habis makan terus tidak merokok, responden merasakan ada sesuatu yang kurang. sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2 responden (13,3%) yang mengatakan bahwa merokok itu dapat menghilangkan perasaan stress, hal itu disebabkan karena banyaknya beban yang ditanggung oleh remaja bahkan disaat menghadapi lawan jenisnya harus mengkonsumsi rokok agar terlihat tenang.
2)        Dampak negatif bagi perokok
Meskipun rokok dapat menimbulkan perasan nikmat namun rokok juga dapat menimbulkan dampak negatif. Ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku merokok
a)        Rokok mengandung 400 jenis bahan racun yang berbahaya bagi kesehatan. Dengan merokok kandungan nikotin yang ada dalam rokok dapat mendorong pengapuran jantung dan pembuluh darah, tar yang dapat menyumbat dan mengurangi saluran nafas dan dapat menyebabkan kanker.
b)        Rokok menurunkan kosentrasi. Dengan merokok kita tidak dapat berkosentrasi dengan tepat, karena pikiran kita terbagi antara rokok  yang kita konsumsi dengan aktivitas lain yang kita lakukan, misalnya sewaktu mengemudi
c)        Rokok menurunkan kebugaran. Biasanya perokok berat cenderung tidak bugar, salah satu anggota tubuh seperti rambut terlihat kering bahkan dapat menyebabkan bau mulut
d)       Rokok bukan hannya meracuni para perokok sendiri, namun juga orang disekitarnya. Biasanya perokok cenderung merokok ditempat-tempat umum dimana temapat tersebut banyak orang yang tidak merokok. Bagi perokok pasaif akan memperoleh dua kali lipat racun yang diperoleh dari perokok aktif.
e)        Menimbulkan ketergantungan. Semakin lama mengkonsumsi rokok semakin banyak racun yang kita hirup, salah satunya dapat menyebabkan rasa ketergantungan terhadap rokok, bahkan apabila remaja tidak merokok dalam sehari mereka akn merasakn perasaan yang tidak enak.
f)         Memboroskan. Perilaku merokok dapat memboroskan karena uang yang semestinya bukan digunakan untuk merokok, namun karena merokok sudah merupakan barang yang harus dikonsumsi maka untuk memperolehnya harus menggunakan uang jajan untuk mendapatkan ebatang rokok.
g)        Menyulut kebakaran. Putung rokok yang habis dipakai apabila dibuang tidak pada tempatnya, bisa menyebabkan kebakaran, karena pabila puntung rokok tersebut mengenai benda-bendah yang mudah terbakar, maka puntuk tersebut akan menyulut kebakaran. Distribusi responden berdasrkan dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku merokok dapat dilihat pada tabel 15



Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Dampak Negatif Merokok PadaSiswa SMA N2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
Dampak negatif  merokok
Frekuensi
(n)

Presentase
(%)

1
Ketergantungan
3
20
2
Menurunkan kosentrasi
-
-
3
Menurunkan kebugaran
-
-
4
Meracuni orang lain
-
-
5
Memboroskan
12
80
6
Menyulut kebakaran
-
-
Jumlah
15
100
                 Sumber: Data primer 2010.
Dari tabel 14 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, diketahui sebanyak 12 orang (80%) yang mengatakan bahwa dampak negatif dari merokok yaitu memboroskan, sedangkan sisanya sebanyak 3 responden (20%) yang mengatakan dampak negatif dari merokok yaitu dapat menimbulkan rasa ketergantungan terhadap rokok.
Berdasarkan penelitian dilapangan diketahui bahwa dampak yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi rokok yaitu dapat menyebabkan pemborosan, karena uang yang semestinya bukan digunakan untuk merokok dengan rokok remaja tidak segan-segan memotong atau memangkas uang jajan yang diberikan oleh orang tua. Bahkan diketahui bahwa kebanyak remaja memporoleh uang untuk membeli rokok dengan membohongi orang tua mereka bahwa disekolah ada kegiatan yang mebutuhkan dana atau sumbangan dari siswa. Selain itu untuk dampak yang besar dari merokok responden dalam penelitian ini belum terlalu merasakan dampak dari perilaku merokok karena responden atau remja tersebut masih kategori perokok ringan.














BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan penyajian analisa dan pembahasan hasil penelitian serta beberapa faktor kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.    Alasan merokok. Berbagai macam alasan yang dikemukakan oleh remaja mengapa mereka merokok diantaranya yaitu karena ikut-ikutan sebanyak 6 orang (40%), coba-coba sebanyak 6 orang (40%) dan hilangkan stress sebanyak 3 orang (20%). Di SMA Negeri 2 Bau-Bau alasan remaja merokok didominasi karena alasan ikut-ikutan dan coba-coba.
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja
1) Lingkungan sosial. Lingkungan sosial remaja menjadi faktor penting dalam pembentukkan kepribadian remaja. Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau mengenal atau memiliki kebisaan merokok karena pengaruh teman yaitu sebanyak 11 orang (73,3%), pengaruh keluarga yaitu sebanyak 4 orang (26,7%). Dan yang paling mempengaruhi remaja sehingga berperilaku merokok yatu karena pengaruh teman. Hal ini karena remaja memiliki hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya, dorongan sosial dari lingkungan yang mendesak remaja untuk merokok atau kalu tidak merokok dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya.
2). Pengaruh media iklan. Dalam penelitian ini diketahui remaja merokok karena pengaruh dari media iklan dan tidak terpengaruh oleh media iklan. Remaja yang merokok karena pengaruh media iklan yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) dan hal itu menjadi faktor yang sangat mempengaruhi remaja merokok dan sisanya yaitu remaja merokok karena tidak terpengaruh oleh media iklan yaitu sebanyak 7 orang (46,7%).
c.       Dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok.
Perilaku merokok sama dengan aktivitas lainnya yang memiliki dampak positif dan dampak negtaif dari merokok
1)   Dampak positif. Dalam penelitian ini diketahui bahwa dengan merokok remaja dapat merasakan dampak positif bagi dirinya yaitu perasaan nikmat sebanyak 10 orang (66,7), dan bagi lingkungannya yaitu denagn merokok remaja bisa mempererat pergaulan yaitu sebanyak 2 orang (13,3%) atau dengan kata lain dengan merokok remaja dianggap solider dengan lingkungan sosialnya terutama sesama teman sebayanya yang merokok.
2)   Dampak negatif. selain dampak positif merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif. Kecenderungan remaja dalam penelitian ini diketahui bahwa dengan merokok mereka merasakan dampak negatif yaitu memboroskan sebanyak 12 orang (80%) dan sisanya yaitu menimbulkan ketergantungan sebanyak 3 orang (20%).


B.  Saran-Saran
Mengingat jumlah perilaku merokok pada remaja semakin meningkat, baik yang terjadi dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat, maka perlu perhatian dan tanggung jawab penuh terhadap anak remaja tersebut.
Untuk mencegah dan mengurangi perilaku merokok pada remaja antara lain langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:
1.    Perlu pembinaan bagi remaja tentang moral dan agama dalam rangka penciptaan pola kepribadian dikalangan remaja.
2.    Para orang tua dan anggota masyarakat sekiranya lebih mengarahkan dan memberi perhatian penuh terhadap perkembangan anak remaja yang akan menuju ke masa kedewasaan.











DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Pengaruh Lingkungan Terhadap Pergaulan Remaja.
              http://afriyaniremaja.blogspot.com/.Diakseses pada tanggal 19 februari 2009.
Alisjahbana, s. Takdir. 1986. Antropologi Baru, Nilai-Nilai Sebagai tenaga Integrasi Dalam Pribadi Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta. PT. Dian Rakyat.
Atkinson, 1999. Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Basyir, Abu Umar. 2006. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok?. Pustaka AT-Tazkia. Jakarta.
Daravill Wendy & Powell Kesley. 2002. The Puberty Book (Panduan Untuk Remaja). Jakarta. Gramedia.
David, O. Sears, 1995. Psikologi Sosial. Erlangga. Jakarta.
Depkes, 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensinya di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Hurlock B Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta PT Gramedia.
http//:www.e-psikologi/merokok+remaja.com. Diakses tanggal 21 februari 2010.
Jujun Sumantri, 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu. Ady Sakti, Jakarta.
Kalangie, S. Nico. 1996. Kebudayaan. Jakarta: Devisi dari Kesain Blanq.
Komalasari, Dian, 2007. Tesis Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses pada tanggal 22 februari 2009.
Mappiare, A. 1992. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya.
Naiggolan, R. 1998. Anda Mau Berhenti Merokok?. Indonesia Publishing House. Bandung.
Odum, Eugene, P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Rasti, 2008. Bahaya Rokok. http://knoey.dagdigdug.com/2008/05/05/bahaya-merokok/,30 desember 2008.
Rejeki, Sri, 2007. Kesehatan Reproduksi Remaja. http://www.kespro info/?q=node/406. Diakses pada tanggal 25 d3s3mber 2008.
Sentika, Rahmat, 2008. Perlindungan dan Pencegahan Merokok pada Anak. http://www.kpai.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=140&itemid=178&lang=. Diakses pada tanggal 30 deesember 2008.
Sitepoe. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta. Gramedia.
Soekidjo, Notoatmojo, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, jakarta: Rineka Cipta.
Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung seto. Jakarta.
TIM PMI, 1996. Pendidikan Remaja Sebaya Tentang Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja. Mabes Palang Merah Indonesia.
Tuwu, Alimudin, 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press)
Widianti, Efri. Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks Pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/. http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploac/publikasi_dosen/1A%20makalah.remaja&masalahnya.pdf. diakses pada tanggal 19 februari 2009.                               

3 komentar: