Powered By Blogger

Rabu, 05 Desember 2012

PERSEPSI DAN PERILAKU REMAJA TENTANG TATO HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tato merupakan karya seni manusia dikenal sejak zaman dahulu. Tidak ada keterangan pasti tentang munculnya Seni ukir diri ini. Namun yang pasti telah membudaya dan menjadi gaya hidup masyarakat di hampir seluruh pelosok dunia. Keindahan artistik yang ditimbulkan mengundang decak kagum sebagian masyarakat, sehingga memunculkan kelompok masyarakat penggemar, sampai pengguna tato ini.
Tato atau lukisan pada tubuh, belakangan ini makin menjadi mode. Bila semula tato merupakan bagian budaya ritual etnik tradisional, kini berkembang menjadi bagian kebudayaan pop. Perkembangan pandangan terhadap tato ini ditunjukkan dengan karakteristik tato yang digunakan dimasyarakat. Namun demikian pada sebagian masyarakat lain tato juga menimbulkan kesan sangar, menyeramkan, kriminal, preman sarat kekerasan dan dekat dengan dunia kejahatan yang terakumulasi dalam seni gambar tubuh ini. Sebagian masyarakat masih menganggap tabu. Budaya ke timuran untuk seni yang satu ini, masih rawan dan bertendensi negatif.
Eksistensi tato selama ini dianggap sebagai bagian dari penyimpangan. Toto masih merupakan bagian dari tindakan yang keluar dari rel-rel kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat Indonesia, kecuali kota-kota besar, konformitas masih sangat kuat dimana anak muda dianggap normal, ganteng dan alim apabila rapi, bersih tidak ada tato, tak bertindik dan lain-lain. Jika terjadi penyimpangan sedikit saja seperti telinga atau hidung yang ditindik. maka akan mengakibatkan gunjingan dan celaan yang cepat menyebar ke mana-mana. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan cepat-cepat dianggap sebagai sesuatu yang negatif (Juliastri, Nuraini dan Antariksa 2003)
Kini eksplotasi tubuh melalui tato berkembang karena mode dan gaya hidup. Kaum penggemarnya pun makin meluas hingga ke kalangan selebriti, olahragawan, eksekutif muda, remaja, dan ibu-ibu rumah tangga. Terutama penggemarnya dari kalangan remaja, bahkan perkembangannya begitu pesat.
Dunia Barat, tato biasanya dianggap sebagai bentuk ekspresi dan kreativitas seseorang. Selain menunjukkan individualitas, secara bersamaan tato juga menunjukkan bahwa pemiliknya adalah anggota sebuah kelompok komunitas yang menyukai seni tubuh.
Berdasarkan sebuah survei di Amerika Serikat yang dilakukan dua tahun lalu, sekitar 36% remaja (usia 14 tahun) di negeri itu, hampir dipastikan, di tubuhnya ada rajahan tokoh-tokoh idola, bunga, serta berbagai ornamen lainnya.                                                               Satu studi pada 561 mahasiswa bertato pada 18 universitas Amerika Serikat dan satu perguruan tinggi di Australia. Sebanyakan 90% responden mengaku puas dengan tato mereka, dan 82% akan melakukannya lagi. Mahasiswa yang bertato dilaporkan lebih banyak meminum alkohol, merokok, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku seksual yang lebih berisiko dibanding responden yang tidak bertato. Pengetahuan remaja bertato tentang tato juga terbatas (Armstrong, 2002).
Amerika Serikat, tato sempat memberi kesan buruk bagi pemiliknya, walaupun sekarang tato dianggap sebagai bagian dari budaya Amerika. Tato yang kini banyak menemani kehidupan anak muda di perkotaan ternyata berada dalam kondisi tidak tahu menahu aturan bagaimana semestinya tato diperlakukan. Sebagian masyarakat modern yang tertarik dengan tato, kemudian menggunakannya semau dan sesuka hati sebagai ekspresi diri. Kesukaan berekspresi dengan menimbulkan kontra dari sebagian lain masyarakat yang berseberangan keyakinan dengan adat lama.
Sayangnya, banyak pula yang belum menyadari sisi negatif tato dari aspek kesehatan. Berbagai penyakit berbahaya dan mematikan menghantui setiap penggunaan jarum baik untuk suntik, piercing atau tato yang tidak steril. Mulai dari penyakit seperti HIV Aids, Hepatitis C, radang paru-paru, hingga PMS (penyakit menular seksual).
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan I Nyoman Kandun mengatakan bahwa jumlah penderita Hepatitis C di Indonesia cukup tinggi yakni berkisar antara lima juta hingga tujuh juta jiwa.
Dan berdampak pada penurunan produktifitas dan peningkatan beban karena biaya perawatan dan pengobatan penyakit ini sangat tinggi. Sebagian besar kasus Hepatitis C, dapat menular melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik tidak steril, penggunaan jarum suntik secara berulang, alat tato, serta alat tindik (Depkes, 2007)
Dengan bertato, karena merasa lebih gagah atau cantik, memang bisa mendorong seseorang jadi tambah percaya diri. Tapi, jika mengingat efek buruknya, kegemaran yang satu ini jadi begitu menakutkan. Dalam ilmu kedokteran, merajah tubuh didefinisikan sebagai tindakan sengaja yang berpotensi menimbulkan kelainan pada kulit. Selain karena tato, kelainan pada kulit juga bisa disebabkan oleh sengatan sinar matahari yang berlebihan, pengaruh obat-obatan, dan terkena bahan kimia. Dan prinsipnya, semakin luas permukaan tubuh yang ditato, maka akan semakin besar pula risiko gangguannya (Hot Topic Fri, 01 Feb 2008 ).
Mereka yang gemar mentato tubuh beresiko tinggi terserang berbagai penyakit. Resiko yang timbul disebabkan dari faktor jarum yang digunakan, jenis tinta yang dipakai, infeksi setelah mentato, dan lain sebagainya. Sementara untuk menghilangkan tato diperlukan teknik khusus yang beresiko tinggi. Adapun yang beresiko rendah biaya yang dikeluarkan sangat mahal. Padahal dari seluruh kaum bertato yang ingin mengahapus tatonya sangat besar, hingga mencapai setengahnya.
Makassar merupakan salah satu kota terbesar di wilayah Indonesia bagian timur. Dimana hal ini memungkinkan mudah mengakses informasi serta masyarakatnya akan mendapat pengaruh dari luar yang cukup besar. Oleh karena itu peneliti memilih kota Makassar sebagai lokasi penelitian. Di Makassar mulai menjadi trend gaya hidup sekitar tahun 2000. Hal ini ditandai dengan mulai banyaknya toko-toko tato di pusat – pusat perbelanjaan seperti mall-mall. Di salah satu toko tato di Makassar, masyarakat yang datang untuk memakai tato rata-rata sehari  sebanyak enam orang.
Hal inilah yang mendasari sehingga penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan Informasi Tentang Persepsi Dan Perilaku Ramaja Tentang Tato Hubungannya dengan Kesehatan Pada Remaja Di Kota Makassar.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian Persepsi Dan Perilaku Remaja Tentang  Tato Hubungannya dengan Kesehatan Di Kota Makassar tahun 2008 yaitu bagaimana persepsi dan perilaku  remaja tentang tato   hubungannya dengan kesehatan.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengeksplorasi informasi tentang persepsi dan perilaku remaja Tentang  tato Hubungannya dengan kesehatan di Kota Makassar tahun 2008.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengeksplorasi informasi tentang persepsi remaja tentang tato hubungannya dengan kesehatan di Kota Makassar tahun 2008 .
b.      Untuk mengeksplorasi informasi tentang perilaku remaja terhadap tato hubungannya dengan kesehatan di kota Makassar tahun 2008.

D.    Manfaat Penelitian.
1.      Manfaat Praktis
          Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai koleksi untuk menambah  perbendaharan referensi  Fakultas Kesehatan Masyarakat dan   Pemerintah  Kota Makassar sebagai acuan kebijakan.
2.      Manfaat Ilmiah.
           Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan mempercaya khasanah ilmu yang berguna bagi pembaca yang ingin `menambah wawasan tentang topik ini.
3.      Manfaat bagi Peneliti
            Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan, pengetahuan, dan pengalaman serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tato
Sebutan tato konon diambil dari kata tatu dalam bahasa Tahiti yaitu tanda (gambar) permanent atau simbol yang dibuat dengan cara memasukan pewarna kedalam lapisan kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum.  Kata ini pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada 1769. Menurut Encyclopedia Britannica, tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM.
Tapi menurut magister seni murni Institut Teknologi Bandung (ITB), Ady Rosa, tato Mesir baru ada pada 1300 SM. Orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai Barat Sumatra. Bangsa proto melayu ini datang dari daratan asia (indocina), pada Zaman logam, 1500 SM-500SM, artinya bahwa tato mentawailah yang paling tua di dunia. Di mentawai, tato dikenal dengan istilah tatu.
Di inggris pertama kali ditemukan pada 54 SM. Budaya rajah ini juga ditemukan pada suku rapa nui dikepulauan easter, indian haida di amerika, suku-suku di eskimo, hawai, dan kepulauan marquesa, suku maori di selandia baru, suku dayak di kalimantan, dan suku sumba di sumatra barat,  bagi orang mentawai, tato merupakan roh kehidupan (Adi Rosa, 2007).
Pemakaian tato dilakukan di hampir seluruh penjuru dunia sejak dulu. Sebagian dari mereka menganggap tato sebagai kekuatan magis, penangkal penyakit atau nasib sial lainnya, sebagai penunjuk identitas, anggota suatu kelompok, derajat dan status sosial pemakainya.
Dalam sejarahnya, tato mengalami pasang surut. Berawal dari sebuah fenomena budaya masyarakat tradisional yang berkaitan dengan adat dan ritual, kini tato menjadi budaya pop yang trendi. Di Eropa sendiri, tato pernah diharamkan saat agama Kristen datang. Namun, seiring perjalanan waktu, pembuatan tato diperbolehkan lagi ketika demam eksplorasi melanda Eropa dan mereka mulai berhubungan dengan orang-orang Indian serta orang Polinesia pada sekitar abad ke-18 dan 19.
Namun saat itu pemakai tato di Eropa dan Amerika hanya terbatas pada para pelaku kriminal, seperti narapidana AS yang telah bebas, tentara Inggris yang desersi, serta para tahanan di penjara Siberia, semuanya ditandai dengan tato. Demikian juga para tawanan di kamp konsentrasi Nazi, para pedagang, anggota tentara (terutama yang bertugas di luar negeri), atau orang-orang di pertunjukan pasar malam atau sirkus.(Anonim , 2005)
Baru pada penghujung abad ke-19, tato mulai sedikit digemari, baik oleh pria maupun wanita di kalangan atas masyarakat Inggris. Namun akibat efek negatifnya terhadap kesehatan, tato pernah menimbulkan malapetaka seperti kanker kulit. Akhirnya pemerintah New York pada tahun 1961 pernah melarang pembuatan tato, karena peralatan yang tercemar menyebarluaskan penyakit hepatitis.
1.      Arti Simbol Tato Dalam Budaya
Tato selalu memiliki sesuatu yang sangat penting dalam suatu ritual atau tradisi.
a.       Di Borneo, para wanita menato simbolnya pada lengan bawah, menunjukkan keahlian khusus mereka. Jika seorang wanita memakai symbol yang menunjukkan bahwa ia tukang tenun yang terampil, maka statusnya adalah seorang wanita yang siap untuk dinikahkan. Tato sekitar pergelangan dan jari dipercaya untuk menangkal penyakit (Anonim, 2005)
b.      Orang Yunani menggunakan tato untuk berkomunikasi antara mata-mata. Dengan cara memberi tanda pada mata-mata dan memperlihatkan pangkat mereka (Adi Rosa, 2007).
c.       Orang Romawi menandakan tato pada seorang kriminal dan budak (Adi Rosa, 2007).
d.      Orang “Ainu” dari Asia Barat menggunakan tato untuk status sosial seperti gadis yang beranjak dewasa, wanita yang sudah menikah, menandainya untuk memberitahukan tempat mereka di dalam masyarakat. Juga sebagai upacara ritual dan keagamaan (Anonim  , 2005).
e.       Bagi sebagian masyarakat Dayak, tato bisa merupakan "obor" dalam perjalanan menuju alam keabadian setelah kematian. Tato juga menunjukan rasa hormat dan meyakinkan pemiliknya dalam status kehidupannya. (Gumilar Gumgum, 2007).  Seseorang yang berhasil “memenggal kepala” musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. (Aliaswastika, 2006)
f.       Pada suku Mentawai, dukun dilekati dengan tato bermotif bintang pada bahunya, sedangkan pemburu memiliki tato harimau. ( Kajian Budaya, 2007)
g.      Orang Polynesia mengembangkan tato untuk menandakan komunitas tribal, keluarga dan status. Mereka membawa seni mereka ke New Zealand dan mengembangkan gaya bertato pada muka yang dinamakan “Moko” (Anonim b, 2005)
h.      Di New Zealand Suku Maori membuat Tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. (Aliaswastika, 2006)
i.        Di Jepang. Pada awalnya, tato untuk menandai para penjahat (kriminal), pelanggaran kriminal pertama ditandai dengan tanda satu baris di daerah dahi, pelanggaran kedua ditandai pada bagian telapak kaki yang melengkung, pelanggaran ke tiga ditandai garis pada bagian lainnya. Secara bersamaan tanda ini membentuk suatu karakter jepang, yaitu karakter “anjing”. Ini tampak sekali dengan hukum yang sangat original “tiga kali melakukan pelanggaran, kau keluar”.  Dan untuk menanndai penduduk kelas menegah ke bawah. (Anonim, 2005)
j.        Di Kepulauan Solomon, Tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. (Aliaswastika, 2006)
k.      Suku Nuer di Sudan memakai Tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki.
l.        Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.
m.    Di Cina suku minorias Drung mentato  wajah anak gadisnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Mereka menganggap wanita yang ber-Tato terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki Tato di wajahnya (Aliaswastika, 2007)
2.      Jenis- Jenis Tatto
a.       Dilihat dari desain gambarnya ada dua macam
1).    Bentuk flash Yaitu bentuk yang paling umum dan paling sering kita lihat, misalnya gambar naga, hati atau yang lain.
2).    Bentuk custom adalah bentuk tato yang dirajahkan berdasarkan keinginan orang yang mau di-tato.
b.      Dilihat dari jenisnya, tato ada dua macam 
1).    Tato Temporer
Tato temporer atau sesaat adalah jenis tato yang mengandalkan kekuatan tinta yang di tempelkan pada kulit atau dilukis di badan kita. Proses penempelannya atau melukisnya beragam, mulai dari lima menit buat yang model stiker tempel, sampai tiga puluh menit kalau minta dilukis oleh tato artist (Pembuat tato) dan usianya paling lama hanya satu bulan. Hanya memiliki satu warna(hitam) dan pada umumnya punya gambar tegas, bisa diganti-ganti,pembuatan tato temporer tidak sakit., sistem gambarnya adalah sistem ngeblok gambar, lalu dipoles tinta. (Dani, 2007)
Menjadi satu alternatif untuk bergaya bagi orang yang ingin punya tato. Karena selain usianya hanya beberapa hari, jenis ini gampang diubah atau dibuat gambar baru. Tato temprer ini praktis karena gampang hilang dan ini menjadi pilihan anak muda bahkan anak sekolah untuk memiliki tato. Bahkan ini kerap dipakai acara entertaiment atau pada saat show time saja (Dani, 2007).
2).    Tato Permanen
Jenis tato yang tidak akan pernah hilang atau tato seumur hidup. Sistem kerja tato permanen, tinta dimasukkan ke dalam kulit melalui jarum,sehingga kulit terasa sakit. Proses perajahannya makan waktu paling cepat lima belas menit, tergantung sama desain tato-nya. Memiliki warna tiga dimensi hingga sebuah gambar menjadi semakin tampak nyata, memiliki keindahan tersendiri, tetap memiliki tren-tren tertentu setiap beberapa tahun sekali. (Aldy, 2007)
3.      Proses  Pembuatan Tato
a.       Tato Tradisional
1).    Sebelum Proses
Di Mentawai, sebelum pembuatan tato dilaksanakan, mereka melaksanakan Panen Enegaf atau upacara inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses Tato-nya dilaksanakan.
2).    Proses pembuatan
Proses membuat tato tradisional adalah tangkai kayu, jarum dan pemukul dari batang.di torehkan pada kulit tubuh kemudian diberi pewarna sebagai tinta dengan  bahan yang berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu , damar, daun , lemak hewan. Orang-orang Eskimo memakai jarum yang terbuat dari duri atau  tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan symbol itu menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu. (Aliaswastika, 2007).
b.      Tato Modern
1).    Sebelum Proses
a).    Mengikuti prosedur umum dan peraturan yang ditetapkan oleh Tato Artist (pembuat tato),  berkonsultasi terlebih dahulu serta diberikan informasi selengkap-lengkapnya seputar Tato yang di inginkan. Berpikir secara matang menjaga agar tidak terjadi kemungkinan adanya penyesalan dikemudian hari. Bagi yang berumur dibawah standar ketetapan yang dikeluarkan oleh Tato Artist diharuskan membawa surat persetujuan dari orang tua atau wali sebelum di lakukan proses Tato.
b).    Artis tato harus memperhatikan dengan benar alat-alat yang akan digunakan dalam melakukan prosesnya, apakah sudah didesinfeksikan dengan bersih dan steril, tidak terkontaminasi oleh berbagai macam bentuk kuman dan bakteri, agar orang yang akan di tato terbebas dari berbagi macam penyakit yang cukup serius. Untuk orang yang mempunyai permasalahan serius dengan kulit yang cukup sensitif, disarankan untuk memeriksakan dirinya terlebih dahulu kepada Dokter spesialis.
c).    Untuk lebih mempermudah jalannya proses tato, diusahakan kondisi dan kesehatan tubuh orang yang akan di-tato harus dalam keadaan normal dan stabil, cukup tidur dan makan, terbebas dari pengaruh Alkohol (minuman keras) dan Narkoba (obat-obatan terlarang dan sejenisnya), menjaga agar tidak terjadi permasalahan yang cukup serius yaitu pendarahan pada saat proses pengerjaan. (Rendy, 2007)
2).    Proses pembuatan
Pembuatan Tato ini dilakukan dengan mesin elektrik. Kemudian zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis (tinta tato).  Pada tahun 1970, orang Indonesia bernama Peser menciptakan mesin tato listrik sederhana yang prinsip kerjanya seperti bel listrik. Medan magnet yang timbul dari 2 kumparan yang dialiri listrik dimanfaatkan untuk menggerakkan jarum dengan kecepatan tinggi. Jarum inilah yang membuat jalan masuk zat pewarna ke dalam kulit. Sebelum jarum digunakan, lebih dulu direndam didalam larutan alkohol. Kemudian orang yang akan  ditato, diberikan obat oles yang fungsinya untuk menghilangkan bakteri atau kuman. Selanjutnya proses pembuatan tato di mulai sesuai dengan jenis gambar yang di sepakati. (Rendy, 2007)
3).    Langkah Perawatan Tato:
a).    Tiga hari setelah ditato, harus  kembali untuk memeriksa hasil tato.
b).    Enam jam setelah ditato, buka perbannya dengan air hangat.
c).    Dibalur bagian yang ditato dengan handbody khusus, 1 hari dua kali (pagi sore) setelah mandi.
d).   Tidak boleh kena sabun, shampoo, sinar matahari selama 1 minggu.
e).    Selama tato belum kering, dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin c selama sepekan.
f).     Setelah sepekan, kulit permukaan yang ditato akan terasa gatal, dan jangan digaruk/dikelupas agar hasil gambar memuaskan.
g).    Selanjutnya pemakaian handbody minimal 1minggu satu kali. (Rendy, 2007).
B.     Tinjauan Umum kesehatan
Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan: kesehatan adalah keadaan sejahtera badan. Jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibanding dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup tiga aspek, yakni: fisik, mental dan sosial, tetapi menurut Undang-undang No. 23/1992, kesehatan itu mencakup empat aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi.
1.      Wujud atau indikator aspek kesehatan
Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
a.       Kesehatan mental mencakup tiga komponen, yakni pikiran, emosional dan spiritual.
b.      Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, kepercayaan, status sosial ekonomi, politik, dan sebagainya, saling menghargai dan toleransi.
c.       Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang (dewasa) dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial. Bagi anak, remaja dan usila batasan ini dengan sendirinya tidak berlaku.
2.      Resiko Tato Terhadap Kesehatan
            Berbagai penyakit berbahaya dan mematikan menghantui setiap penggunaan jarum baik untuk suntik, piercing atau tato yang tidak steril antara lain HIV, Aids, Hepatitis C, radang paru-paru, hingga PMS (penyakit menular seksual). Virus HIV mampu hidup sekitar empat hari dalam jarum suntik. Selain itu, virus tersebut tidak bisa mati hanya dengan alkohol, tapi dengan dipanaskan dalam suhu 100OC. Resiko yang timbul disebabkan dari factor jarum yang digunakan, jenis tinta yang dipakai, infeksi setelah merajah, dan lain sebagainya (www.sinarharapan.com , 2007)
 
 
C.    Tinjauan Umum Tentang Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin Adolescere yang berarti"tumbuh" dalam arti tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik (Hurlock,1999 dalam Moh.Ali, 2006).
 Pada tahun 1974, WHO mendefinisikan remaja secara lebih konseptual denghan mengemukakan 3 kriteria yakni biologis, psikologis, dan social ekonomi.Remaja adalah suatu masa di mana:
1.       Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksualnya.
2.       Individu mangalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3.       Terjadi peralihan ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada yang relatif mandiri
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendfinisikan remaja sebagai periode usia antara 10-20 tahun dan membagi kurun usia tersebut dalam dua bahagian yaituremaja awal 10-15 tahun dan remaja ahir 15-20 tahun. Walaupun demikian pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia (Sarwono, 2006).
Batasan usia remaja dimulai usia 10 tahun sampai 21 tahun, dan oleh Monk`s (1992), pembagian perekembangan remaja adalah praremaja (10-12 tahuin), remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), remaja pertengahan usia (18-21 tahun) (Adiningsih, 2002). Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana yang dipaparkan berikut (Moh, Ali, 2006):
Secara teoritis, beberapa tokoh psikologi mengemukakan  tentang batas-batas umur remaja. Akan tetapi, dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitru:
1.      Periode masa puber usia 12 – 18 tahun
a.       Masa pubertas usia 12-14 tahun : peralihan dari ahir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Ciri-cirinya: Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi dan anak mulai bersikap kritis.
b.      Masa pubertas usia 14-16 tahun, masa remaja awal, ciri-cirinya: Mulai cemas dan bingung tentang parubahan fisiknya, memperhatikan penampilan, sikapnya tidak menentu/ plin-plan, suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.
c.       Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun: Peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen, ciri-cirinya: pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologiknya belum tercapai sepenuhnya, proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
2.      Periode remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a.       Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis.
b.      Mulai menyadari akan masa realitas.
c.       Sikapnya sudah mulai jelas tentang hidup
d.      Mulai tampak minat dan bakatnya.
D.    Tinjauan Umum Tentang Persepsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (MKBBI), persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan: proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.
Menurut Mar`at, persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar,cakrawala pandang, kebiasaan, kepercayaan dan pengetahuannya,dimana manusia mengamati suatu obyek psikologik dengan kacamata sendiri yang diwarnai oleh nilai kepribadiannya.
Dalam proses suatu obyek psikologi maka factor pengalaman dan proses belajar memberikan bentuk struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan factor pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap obyek psikologi tersebut. Obyek psikologi ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat dan atas pertimbangan nilai dari warna yang dimiliki akan timbul keyakinan akan obyek.
Tahap berikutnya, komponen afeksi memberi evaluasi emosional (senang atau tidak senang) dan selanjutnya komponen konasi menentukan kesiapan jawaban terhadap obyek. Dengan demikian yang terjadi pada setiap orang adalah untuk mencapai keseimbangan antara rasional dan emosional dalam menghadapi apa yang diterimanya. Jika keseimbangan tidak tercapai maka orang menolak dan menimbulkan sikap acuh tak acuh atau menentang obyek tersebut.
Menurut Devito (1997), persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera, atensi dan interprestasi. Sensasi merujuk pada  pesan yang dikirim ke  otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan penciuman dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar.
Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat iundera atau juga di sebut proses sensoris. Proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahuluan dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlansung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui; alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecap, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan, yang semuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari individu.
Karena persepsi merupakan aktifitas yang terintegrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam iri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan , kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain.Persepsi itu bersifat individual, pada dasarnya yang berperan dalam persepsi di kemukakan bahwa adanya faktor obyek yang dipersepsi, alat indera dan perhatian.
Duncan (1981) dalam Indrawijaya (1999) menyatakan, bahwa proses kognisi dimulai dengan persepsi seseorang terhadap ransangan yang datang dari luar. Apa yang diterima olehnya memperoleh arti melalui proses belajar, yaitu membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya. Melalui proses belajar ia membandingkan beberapa kemungkinan cara pemecahannya, untuk kemudian sampai pada pilihan tertentu. Pilihan tertentu itulah nantinya yang akan tercermin dalam prilakunya, yang nampak nyata dalam tindakannya. Tindakannya ini selanjutnya menjadi dasar pengetahuannya dalam melakukan proses persepsi selanjutnya.  
1.      Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi adalah karena adanya objek /stimulus yang meransang untuk ditangkap oleh panca indera (objek tersebut menjadi perhatian panca indera), kemudian stimulus/objek perhatian di bawa ke otak. Dari otak terjadi adanya "kesan" atau jawaban (response ) adanya stimulus, berupa kesan atau response dibalikkan ke indera kembali berupa "tanggapan" atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak.
Proses terjadinya persepsi ini perlu  fenomena dan yang terpenting fenomena dari [persepsi ini adalah perhatian (antention), yaitu suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi yang menseleksi input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam pengalaman yang kita sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu dengan ciri terfokus dan margin serta berubah-ubah (Widayatun,1999).
Baron dan Paulus (1991) menyatakan, bahwa dalam proses persepsi banyak ransangan sampai kepada kita melalui panca indera kita, namun kita tidak dapat mempersepsi semua isu secara acak,. Alih-alih, kita mengenali objek-objek tersebut sebagai spesifik dan kejadian-kejadian tertentu sebagai memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai ransangan yang kita terima (Muliyana, 2002).
Proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari persepsi yang akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu indera menerima stimulus melalui alat inderanya melalui reseptor. Alat indera merupakn penghubung antara individu dengan dunia luarnya ( Branca, 1965; woodworth dan marquis , 1957  dalam suryabrata, 1987)
2.      Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Proses Persepsi
Persepsi terjadi apabila dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dikemukakan oleh Oksam dan Saparinah (1986), bahwa ada empat karakteristik dari faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :
a.       Faktor ciri khas dari objek rangsangan, yang terdiri dari :
2.)    Nilai, yaitu sampai seberapa jauh stimuli seperti nilai bagi subjek                     mempengaruhi cara simuli tersebut dipersepsi.
3.)    Arti emosional, yaitu sampai seberapa jauh stimulus tertentu merupakan sesuatu yang mempengaruhi persepsi individu yang bersangkutan.
4.)    Familiaritas, yaitu pengenalan yang berkali-kali dari satu stimulus yang mengakibatkan stimulus tersebut dipersepsi lebih akurat.
5.)    Intensitas, yaitu ciri-ciri yang berhubungan dengan derajat kesadaran, minat, emosional dan lain-lain.
b.      Faktor pribadi, termasuk dalam ciri khas individu seperti tingkat kesadaran, minat, emosi, dan lain-lain
1)          Faktor pengaruh kelompok, dalam suatu kelompok manusia, respon orang lain akan memberi arah terhadap tingkah laku seseorang.
                         2)   Faktor latar belakang cultural, orang dapat memberikan sesuatu persepsi yang berbeda terhadap subjek yang sama karena latar belakang cultural yang saling berbeda.
E. Tinjauan Tentang Perilaku.
1.      Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Pada hakekatnya, perilaku manusia tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Perilaku manusia merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, sikap atau mental dan tingkah laku merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental di artikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini  dapat bersifat positif dapat pula negatif perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespon atau menaggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain dipergaruhi oleh situasi yang dihapi juga di  pengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu. (Herijulianti E, 2002).
2.      Pengertian perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan  menjadi 3 kelompok antara lain :
a.        Perilaku permeliharaan kesehatan  (heath maintanance)
Perilaku atau usaha - usaha sesorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri tiga aspek sebagai berikut :
1). Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari penyakit.
2). Perilaku peningkatan  kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapaitingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
3).  Perilaku gizi, Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunya kesehatan seseorang, bahkan dapat menyebabkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman.  


b.      Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri.
c.       Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoatmodjo, 2003).


BAB III
KERANGKA KONSEP

A.    Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Saat ini masih banyak remaja yang belum menyadari sisi negatif tato dari aspek kesehatan. Berbagai penyakit berbahaya dan mematikan menghantui setiap penggunaan jarum baik untuk suntik, piercing atau tato yang tidak steril. Mulai dari penyakit seperti HIV Aids, Hepatitis C, radang paru-paru, hingga PMS (penyakit menular seksual).
 Remaja adalah golongan indifidu yang sedang mencari identitas diri, mereka sering ikut–ikutan dan terkaguim–kagum pada idola yang menarik. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya dan ingin melakukan hal yang menurut mereka akan menambah kepercayaan atau citra diri. Ketika perancang mode mengambil gaya jalanan seperti tato ke dalam rancangannya, dan mendapat ekspos besar dari media massa, maka gaya seperti itu dianggap bagian dari fesyen yang punya keunikan. Seiring dengan banyaknya publik figur (selebriti) yang berbangga dengan tato yang melekat ditubuhnya, maka berbagai media massa terutama  majalah musik dan majalah remaja mengekspos foto artis yang bertato.
Masa remaja merupakan masa transisi, dimana dalam kehidupan sehari-harinya dipenuhi oleh interaksi sosial dengan berbagai macam gaya hidup dan aktifitas. Salah satu gaya hidup yang dianggap modern saat ini dikalangan remaja adalah kegemaran bertato. Terutama di perkotaan, nilai uniknya menjadi identitas
Personal yang di buru oleh remaja. Demikian pula halnya di kota Makassar, banyak remaja yang menjadikan tato sebagai mode, gaya hidup yang menambah kepercayaan dirinya.

  1. Skema Kerangka Konsep Penelitian    
Persepsi
 
                                                                                                                                      


 
Kesehatan
 
Tato
 
           








 




Defenisi Konsep
1.      Tato adalah seni merajah atau melukis kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat  sejenis jarum.’
2.      Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung oleh informan tentang tatto, mengenai pandangan dalam arti dan makna tato bagi mereka.  Alasan tertarik dengan tato, memakai tato,  serta tujuannya.  Letaknya atau bagian tubuh yang difavoritkan oleh informan. Konsep tentang resiko yang ditimbulkan oleh tato.
3.      Perilaku adalah tindakan yang dilakukan oleh informan tentang tato  seperti upaya pencegahan melalui prosedur pembuatan tato yang bersih, kebiasaan yang dilakukan disaat proses pertatoan, pengobatan saat sakit setelah ditato, dan perawatan tato agar warnanya tidak berubah.
4.      Kesehatan adalah konsep informan tentang risiko yang ditimbulkan oleh tato, upaya pencegahan penyakit melalui prosedur pembuatan tato yang bersih, perawatan agar warna tatonya tidak berubah, dan upaya pengobatan saat sakit setelah ditato..
5.      Remaja yang  menjadi informan adalah remaja yang berumur  11 – 24  tahun yang memakai tato permanen dan temporer.












BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang dimaksud untuk mengeksplorasi informasi mendalam tentang  persepsi remaja dan perilaku  remaja tentang tato hubungannya dengan kesehatan.
B.   Lokasi dan Waktu Penelitian
            Lokasi penelitian dilaksanakan di toko tato Mall Panakukkang, Mall GTC  Kota Makassar selama tiga minggu mulai dari tanggal 3 Juni sampai dengan 24 Juni 2008
C.   Informan dan informasi
      1.  Informan
                  Penentuan informan dalam penelitian ini dengan teknik pemilihan informan berdasarkan kriteria tertentu yang memiliki hubungan dengan maksud penelitian yang sudah diketahui sebelumnya, informan yang didapatkan sejumlah sembilan orang  dengan kriteria sebagai berikut:          Informan biasa adalah remaja yang bertempat tinggal dikota makasar yang memakai tato permanen maupun temporer yang berhasil dawawancarai oleh penulis  sebanyak delapan orang ,  berusia 11-24 tahun disaat wawancara berlansung. Satu orang  Informan kunci adalah Artis tato (pembuat tato).


2.        Informasi
                  Informasi yang digali dalam penelitian ini antara lain persepsi mereka terhadap tato mengenai  pandangan mereka tentang tato, alasan  tertarik dengan tato, alasan dan tujuan mereka memakai tato,bagian tubuh yang difavoritkan, konsep tentang resiko yang ditimbulkan oleh tato.
      Informasi tentang perilaku, mengenai konsep bersih dalam prosedur pertatoan, kebiasaan yang dilakukan saat sakit dalam proses pertatoan, pengobataan saat sakit setelah ditato, perawatan agar warna tatonya tidak berubah.
      Dan hubungannya dengan kesehatan mengenai konsep  mereka tentang resiko yang dapat ditimbulkan oleh tato, upaya pencegahan melalui konsep bersih dalam prosedur pertatoan,  upaya pengobatan  yang dilakukan saat sakit setelah ditato.
      Maka penelitian lebih banyak tergantung pada bahasa informan. Selain informasi diri, informan juga memberikan keterangan lain.
D.  Cara Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam, observasi dibantu dengan  penggunaan handycam,  kamera  dan  alat tulis.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang didapatkan, diolah dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) dan penyajian data dalam bentuk narasi.
F.   Teknik dan Uji Keabsahan Data
                  Untuk menjamin dan mencerminkan akurasi informasi yang dikumpulkan, digunakan triangulasi yang meliputi triangulasi sumber, data dan metode.
1. Sumber yaitu dilakukan dengan cara membandingkan (cross check) antara informasi informan yang satu dengan yang lain, hal ini dilakukan untuk melihat korelasi informasi yang didapatkan.
2.  Data yaitu dilakukan analisis informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan alat bantu alat tulis menulis dan kamera. Hal ini untuk melihat apakah informasi yang didapatkan melalui wawancara memiliki relevansi dengan pengamatan terhadap dokumen kegiatan.
3. Metode yaitu melakukan analisis yang kritis terhadap informasi yang didapatkan dengan penelusuran hasil wawancara dengan mendengarkan dan melihat secara akurat hasil wawancara.









BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN




Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar pada tanggal 3 Juni sampai 24  Juni 2008. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi informasi secara mendalam mengenai trend gaya hidup remaja terkait dengan pemakaian tato pada remaja perkotaan. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Informasi yang berhasil didapatkan melalui sembilan orang informan yang terdiri dari delapan orang informan biasa dan satu orang informan kunci dalam penelitian ini adalah Sebagai berikit:
Karakteristik informan yang meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, jenis tato yang dipakai, lama memakai tato.
Persepsi remaja tentang tato yang meliputi, pandangan mereka sendiri tentang tato, alasan tertarik dengan tato, alasan dan tujuan  memakai tato, bagian tubuh favorit yang disuka. Konsep tentang resiko yang ditimbulkan oleh tato.
Perilaku remaja terhadap tato yang meliputi, upaya pencegahan melalui konsep bersih dalam prosedur pertatoan, kebiasaan yang dilakukan saat sakit dalam proses pertatoan, pengobatan saat sakit setelah ditato, perawatan setelah ditato agar warnanya tidak berubah.    
 A.  Karakteristik Informan
              Dari sejumlah  Informan yang terlibat dalam penelitian ini yaitu 9 orang, umumnya memiliki karakteristik individu yang beragam diantaranya adalah, umur informan yang diwawancarai dalam penelitian ini yaitu berkisar antara 11 sampai 24 tahun. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh informan yaitu dari SMP sampai  SMA.
            Jenis kelamin dari sembilan orang informan dalam penelitian ini adalah laki-laki sejumlah empat orang informan biasa, satu orang informan kunci, dan perempuan yang berjumlah empat orang sebagai informan biasa.
   Jenis pekerjaan informan dalam penelitian ini adalah bervariasi mulai dari  pelajar, pedagang dan ada yang belum punya pekerjaan.
   Jenis tato yang dipakai oleh informan dari hasil penelitian ini adalah  tato permanen sejumlah enam orang yang terdiri dari empat orang laki – laki dan dua orang perempuan, dan temporer sejumlah dua orang yang keduanya berjenis kelamin perempuan.
Pemakaian kedua jenis tato tersebut oleh informan berdasarkan  berbagai macam alasan seperti , tato permanen lama baru hilang bahkan seumur hidup, satu kali merasakan sakitnya,senang dilukis, lagi trend. Sedangkan tato temporer karena tidak sakit, cepat hilang warnanya, dapat diganti-ganti sesui dengan keinginannya. seperti ungkapan informan berikut ini :
Jenis tato yang lama baru hilang, orang selalu bilang yang lagi trend sekarang yaitu tato permanen.“                                               (Pnc, 8 Juni 2008)

Jenis tato permanen karena saya memang suka dilukis ,senang digambar ditubuhku.                                                                                (Uga, 6 Juni 2008)

“Jenis tato yang ditempel saja begini, kemudian dilukis sedikit jadi deh, dan tidak sakit sekali, dua minggu hilang , saya kembali lagi kesini untuk bikin dengan gambar yang lain  lagi  sesuai mut saya, yah sekalian jalan – jalan ke M P juga. Kalau tato yang pakai jarum itu iih saya takut so alnya  kulitnya kita dilukai, dan nanti dimarahi ki paceku.“                                   (Sli, 28 Mei 2008)

Tato jenis permanen yang sekali bikin agar tidak merasakan sakit untuk kedua kali.”                                                                                        (Wln, 8 Juni 2008)

Tato yang tidak gampang hilang, karena saya  sudah capek dan bosan dengan tato yang gampang hilang, tiap gambarnya hilang kecuali kita kembali lagi untuk memakainya, capeka bolak balik terus.“                        (And, 8 Juni 2008)

Saya jenis tato permanen yang  lama baru hilang dan bahkan seumur hidup.”                                                                                                                            (Asr, 8 Juni 2008)   

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemilihan untuk memakai jenis tato di dukung oleh faktor peribadi dari masing-masing informan dan faktor eksternal karena mengikuti gaya hidup yang lagi trend. Penampilan dan gaya hidup memang identik dengan keadaan yang di pandang lagi trend, sebagian informan mengatakan bahwa tato adalah salah satu lukisan  tubuh yang mempunyai nilai seni tersendiri. Sekarang memang lagi trend di kalangan remaja dengan kedua jenis tato tersebut.
Kecenderungan remaja memakai tato temporer dengan gambar yang berganti - ganti dipengaruhi oleh faktor dorongan peribadi, memang tidak berpengaruh pada kesehatan. Tetapi ada informan yang mengatakan bahwa dia memilih tato permanen agar merasakan sakitnya memakai tato hanya  satu kali saja, hal ini berarti bahwa faktor dorongan peribadi remaja turut berpengaruh terhadap tingkat kesadaran akan kesehatannya.
Lama informan  memakai tato dari hasil penelitian ini ada yang belum cukup satu bulan sampai ada yang sudah lima tahun.
 B.   Persepsi Remaja Tentang Tato
Menurut Mar’at, persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala pandang, kebiasaan, kepercayaan dan pengetahuannya, dimana manusia mengamati suatu obyek psikologik dengan kacamata sendiri yang diwarnai oleh nilai kepribadiannya.
Persepsi remaja tentang tato  adalah tanggapan atau penerimaan langsung oleh informan tentang tato  diperoleh melalui wawancara mendalam. Informasi yang digali meliputi sumber informasi tentang pandangan dalam  arti dan makna tato bagi mereka, alasan tertarik dengan tato,  alasan dan tujuan  memakainya, letaknya atau bagian tubuh yang difavoritkan oleh informan. Konsep tentang resiko yang ditimbulkan oleh tato.


1.  Pandangan remaja tentang tato
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa remaja memiliki pendapat atau persepsi yang cukup bervariasi tentang tato. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, tato dianggap gaya, indah, karya seni, lukisan  yang indah,  mencari sensasi baru, aksesoris tubuh,   keren, ekspresi diri dan apresiasi seni seperti ungkapan informan berikut ini :
        Menurut  saya pribadi, tato itu hanya untuk gaya biasa ji, keren, katanya indah dilihat, katanya nikmat                                            (Pnc, 8 Juni 2008)    

  Bagi saya tato adalah lukisan tubuh yang indah di lihat, keren, gaya. Apresiasi  seni                                                                      (Jim, 6 Juni 2008)

“Tato menurut saya adalah  seni, karena saya  senang di gambar ,ekspresi diri....“                                                                                  (Uga, 6 Juni 2008)

          “Masalah tato adalah keindahan tubuh  Sama seperti tindik sebagai aksesoris tubuh apalagi tidak terhapus. Jadi tidak berulang kali memakai, satukali se umur hidup.”                                                     (Wln, 8 Juni 2008)

Persepsi secara teoritis dari hasil penelitian dan berdasarkan wawancara mendalam menunjukkan bahwa tato mempunyai daya tarik  tersendiri yang menggugah para remaja untuk mengekspresikannya, sehingga dijadikan kebanggaan tersendiri bagi para remaja pemakai tato.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Oksam dan Saparinah (1986) bahwa persepsi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, 1) Faktor ciri khas dari objek ransangan yang terdiri dari nilai, arti emosional,familiaritas, intensitas, 2) Faktor pribadi, termasuk dalam ciri khas individu seperti tingkat kesadaran, minat, emosi, dan lain-lain. 3) Faktor pengaruh kelompok, dalam suatu kelompok manusia, respon orang lain akan memberi arah terhadap tingkah laku seseorang. 4) Faktor latar belakang kultural, orang dapat memberikan sesuatu persepsi yang berbeda terhadap subjek yang sama karena latar belakang kultural yang saling berbeda.
Dari keterangan yang didapat dari informan dapat disimpulkan bahwa umumnya persepsi tentang tato dilatarbelakangi oleh faktor pribadi dan faktor pengaruh kelompok dimana faktor pribadi termasuk dalam ciri khas individu seperti tingkat kesadaran, minat, emosi, dan lain-lain yang kemudian membuat seseorang melakukan sesuatu atau terstimulus berdasarkan respon yang didapat, sedangkan faktor pengaruh kelompok merupakan respon orang lain yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, hal ini sama dengan trend dalam kelompok tertentu seperti kelompok punk.
        2.   Alasan  remaja tertarik dengan tato
Hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam tentang persepsi remaja kaitanya dengan daya tarik lukisan tubuh atau  tato ini, sehingga menarik perhatian dari para peminatnya dalam hal ini remaja itu sendiri. Ditemukan bahwa  Informan mulai tertarik sebelum kemudian  memakai tato dipengaruhi oleh  teman, karena indah dipandang, kerja di toko tato, pacarnya bertato, dari teman, seperti ungkapan informan berikut ini  :
Saya tertarik dengan tato saat kelas 3 SMA. Karena saya rasa indah sekaliki  kalau di pandang                                                                                          (Asr, 8 Juni 2008)

Pertamakali suka dengan tato, karena ke empat orang teman akrabku sudah pakai tato , waktu itu kelas 2 SMP                                                                    (Ppi, 6 Juni  2008)

Pertamakali kenal dengan mantan pacarku dulu yang bertato, dan sekarang kan banyak artis yang memakai tato.”                                                                  (Uga, 6 Juni 2008)
      
  Dari hasil yang didapatkan dari keterangan para informan menunjukan bahwa, umumnya yang mendorong mereka sehingga berminat dan ingin memakai tato disebabkan oleh  Informasi tentang tato yang  mereka dapatkan dari teman, lingkungan pekerjaan, ataupun tidak sengaja mereka lihat ketika jalan-jalan di mall. Maupun melalui perantaraan media seperti majalah dan televisi. Umumnya mereka mengaku melihat artis yang diidolakan.
   3.   Alasan remaja memakai tato
Dari hasil penelitian melalui hasil wawancara mendalam ditemukan bahwa Informan mengatakan bahwa, alasan informan mentato tubuhnya antara lain karena  melihat dan dipengaruhi oleh teman, penasaran ingin mencoba, seni, keindahan, sebagai aksesoris, karena keren, gaya hidup,karena kerja di toko tato, kesenangan pribadi ,tersugesti dengan jarumnya, peran artis idola, seperti ungkapan informan berikut ini :
“Karena saya lihat teman, jadi mau ka coba juga bagimana rasanya. Katanya temanku sakit tapi enak. Tidak dipaksaki juga, hanya karna saya mau, ingin mencoba, sepertinya keren juga gitu.” (Asr, 8 Juni 2008)

 Ya karena sudah zamannya, bagi saya tato adalah gaya hidup ,sebagai aksesoris yang indah di tubuhku.”                                                                           (Wln, 8 Juni 2008)

Kalau saya sih seni, senang digambar, ekspresi diri, pertama, dari awalnya karena penasaran, rasanya bagaimana? Sakitnya bagaimana? Trus yang kedua setelah merasakan itu trus bikin lagi yang keduanya,merasa,oo,ternyata, karena itu yang pertama itu nagih, terjadi sugesti dalam diri,bahwa  satu kali kena jarum tato pasti kita mau di tato lagi.” (Uga, 6 Juni 2008)

“Alasan saya yaitu saya ingin menghargai karya seni pembuat tato, saya bangga terhadap mereka karena pintar melukis ditubuhnya orang ,itu saja alasanku, eh anu pale karena saya ngefans sama Tora Sudiro pemain extravaganza itu, dia kan punya tato disemua tangannya itu.“
                                                                                          (And, 8 Juni 2008)       
Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada sorang individu yang merangsangnya melakukan tindakan (Terry). Alasan mereka untuk mentato tubuhnya antara lain “ itu merupakan bagian dari seni tubuh,” ” itu modern,” “ itu membuat suatu statemen pribadi,”  dan “itu berani.”.
Bagi remaja mentato tubuhnya bukan hanya karena peran teman semata tetapi gabungan beberapa faktor pendukung. Diantara pengaruh tesebut adalah patah hati, lingkungan pekerjaan,media massa seperti majalah remaja maupun elektronik yang menampilkan artis-artis yang mentato tubuhnya serta trend.
Hal ini dapat pula dipahami bahwa para remaja tersebut tidak memiliki kendali internal. Bahkan cenderung  dikendalikan oleh pihak eksternal. Remaja tidak memiliki pendirian yang cukup baik, sehingga lebih mudah terpengaruh oleh penampilan teman sebaya. Remaja bergaul dan membentuk kelompok dengan maksud mencari kebersamaan dan teman setia.
        4. Tujuan remaja memakai tato
Dari hasil penelitian ini ditemukan  bahwa, tujuan informan memakai tato disebabkan karena  mereka ingin menikmati, untuk menghilangkan stres karena patah hati , menambah kepercayaan diri, keren, aksesoris, ekspresi diri, keindahan, menghargai karya seni,  ada juga yang mengatakan bahwa agar sama  penampilannya dengan teman. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan melalui kutipan wawancara sebagai berikut :
Ingin merasakan bagaimana nikmatnya , tampil gaya, agar tambah keren. Tapijujur juga bu sebenarnya saya dulu  putus dengan pacarku, sakit hatiki, jadi sayapakaimi tato dengan teman – temanku untuk menghilangkan stresku dulu.“                                                                                    (Pnc, 8 Juni 2008)  
Saya to tujuanku Ingin ka menikmati, menambah keindahan di tubuhku, dan  kepercayaan diriku, katanya dulu yang pakai  tato itu dikira preman ki tetapi sekarang sudah keremmi .“                                                   (Asr, 8 Juni 2008)
             
 Ingin merasakan nikmatnya karya seni pembuat tato, dan mencari kepuasanku.“                                                                          (And, 8 Juni 2008)

Berbagai usaha untuk mencapai suatu tujuan ,maka seseorang butuh pengorbanan . Begitu pula yang dilakukan oleh para informan dalam mencapai obsesi  untuk merasakan nikmatnya memakai tato yang dilatarbelakangi oleh berbagai alasan yang berbeda , maka mereka rela mengesampingkan sakitnya tubuh disaat jarum tato mencoret – coret tubuhnya   Bagi  pemakai tato malah menikmatinya .
      5.  Bagian Tubuh favorit  yang di tato

Berdasarkan dari hasil wawancara pada penelitian ini ditemukan bahwa lokasi tubuh favorit yang disuka oleh informan dalam memakai tato yaitu lengan atas, punggung tangan, betis agar gampang dilihat orang.  Ada juga yang suka malah ke seluruh tubuh karena masing – masing punya rasa nikmat tersendiri. Seperti ungkapan informan sebagai berikut :
 Di lengan atasku, agar bisa dilihat orang, pertama saya ingin coba di dada tapi sa pikir tidak bisa ka dilihat orang  hanya temanku ji, padahal saya ingin sekali  tatoku dilihat orang.“                                                 (Pnc, 8 Juni 2008)

  Sebenarnya tidak ada bagian tubuh yang faforit, kalau mungkin gambar ada yang faforit, soalnya bagi saya pribadi, tato itu sekali kita rasa di bagian lengan , kita ingin rasa lagi bagaimana sih rasanya kalau kita tato di leher, di bawah telinga, di tengkuk, semua punya rasa keasyikan yang berbeda, saya sudah rasakan semua dan memang  masing – masing rasanya asyik tersendiri, ih saya tidak bisa ungkapkanki, nanti orang di tato baru dia rasa sendiri.“                                                                 
                                                                                                  (Uga, 6 Juni 2008)

 Sekarang ini baru di lengan atasku, tapi nanti saya akan pakai juga di semua lenganku kaya artis Tora sudiro, ow saya ngefans sekaii ka.“
                                                                                                 (And, 8 Juni 2008).
Alasan informan mentato tubuhnya di daearah tertentu seperti lengan atas, punggung tangan, betis, karena gampang dilihat orang lain, mengikuti trend yang rata-rata memakai tato di bagian tubuh tersebut. Ada Informan mengatakan  sebagai aksesoris karena untuk memamerkan tatonya sebagai lambang kepercayaan dirinya dalam berpenampilan, serta terobsesi dengan artis favorit yang mempunyai tato pada bagian tubuh tersebut.  Sedangkan alasan informan yang memilih seluruh bagian tubuh karena mempunyai rasa yang berbeda – beda dan punya kenikmatan tersendiri dari masing – masing bagian tubuh yang terkena jarum tatonya.
6.  Konsep tentang risiko yang ditimbulkan oleh tato
Dari hasil penelitian ini mengenai informasi hubungan tato dengan kesehatan dalam arti, risiko yang bisa ditimbulkan  oleh pemakaian tato terhadap kesehatan, yang  antara lain, ada yang tidak tahu  dan tidak berusaha untuk tahu, ada juga yang tahu tapi tidak menannggapi. Tetapi informan yang lain mengetahui  bahwa pemakain tato yang alat –alatnya tidak steril bisa mengakibatkan  penyakit kulit, AIDS, hepatitis C. Demikian kutipan wawancaranya :
Saya belum pernah dengar kalau tato bisa menimbulkan penyakit. Saya tidak mau mencari informasinya karna nanti kalau saya dengar ada penyakitnya,e dedeh’ takut ka padahal saya ingin sekali tampil beda dengan tatoku.“                                                                                                     (Pnc, 8 Juni 2008)

 Saya tahu kalau tato itu bisa menimbulkan penyakit AIDS, Hepatitis C, kulit, terus terang saya ini dulu pernah kuliah di kedokteran tapi tidak selesai“. Jadi menurut saya resiko itu bisa terjadi  kecuali tempat,  peralatannya tidak steril, dan memakai tinta yang bukan khusus untuk kulit. Kita disini pakai jarumnya sekali pakai, dan saya pastikan bahwa harus steril temnpat  dan peralatannya, jadi selama ini juga tidak pernah terjadi keluhan apa – apa dengan tatoku ini.“                                                                 ( Uga, 6 Juni 2008)

  Belum pernah dengar tapi saya kan pakai tato yang gampag terhapus , bukan tato yang pakai jarum itu yang tidak hilang. Selama ini tidak pernah rasa sakit atau apa – apa di sekitar tatoku ini, jadi biasa – biasa saja.   (Sli, 28 Mei 2008)     
C.  Perilaku Remaja Terkait Dengan Penggunaan Tato

            Perilaku dalam penelitian ini adalah  upaya yang dilakukan oleh remaja terkait tindakan yang dilakukan oleh informan terhadap tatonya 
       Tato atau Body Painting, adalah karya seni yang dilukiskan di atas tubuh, Ada dua jenis tato yang sekarang lagi trend di antara para penggemarnya. Pada dasarnya kedua jenis tato tersebut yakni tato permanent dan tato temporer sekilas dipandang hampir sama.  Yang membedakan  kedua jenis tato tersebut adalah      prosedur kerjanya, yang memungkinkan dari proses inilah tato dapat mengakibatkan resiko terhadap kesehatan para pemakainya.
 1. Upaya pencegahan melalui prosedur pertatoan yang bersih
 Hasil penelitian ini ditemukan bahwa, ada informan yang mengetahui prosedur mentato, ada juga yang tidak mengetahui antara lain adalah,  bagian tubuh yang mau di tato dibersihkan pakai alkohol agar bersih, ditempel dengan gambar, kemudian dilukis pakai jarum yang digerakkan oleh mesin untuk jenis tato permanent, dilukis dengan kuas untuk jenis temporer. Alatnya bersih karena di simpan di kotak seperti aluminium, jarumnya masih tersegel, pakai sarung tangan untuk pembuat tato permanent, dan tidak memakai untuk pembuat tato temporer. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan informan melalui wawancaraa sebagai berikut :
Tidak kutau ki, saya hanya datang ki saja kesini, ku pilih gambar yang ku suka, setujui harganya ,mulaimi di bersihkan  tubuhku yang mau ditato di tempel gambarnya, kemudian dilukismi peke mesin itu.“  Bersihji peralatannya karena baru dibuka dari tempat – tempat kotaknya, dia pakai ji sarung tangan kaya dokter itu, lalu ku   di tanya oleh pembuat tatonya bahwa tidak ki sakit apa – apa? atau dariki minum alkohol ka?, tidak tau kenapa di tanya begitu.“                                                                         (Pnc, 8 Juni 2008)

Oh saya tau , karena saya harus pastikan semua alat – alatnya streril atau tidak, sebelum di lakukan pertatoan itu, karena saya tidak mau tanggung resiko, jadi alat – alatnya itu saya pastikan bersih , jarumnya masih tersegel bukan bekas, kemudian sarung tangannya yang baru bukan bekas,  baru saya mulaimi di kerja sebelumnya saya pilih dulu gambar dan harga yang sesuai keinginanku.                                                                        (Uga, 6 Juni 2008)

      Ya saya dilukis di betisku, tapi sebelumnya saya pilih dulu gambar untuk ditempelkan di betisku setelah di olesi dengan rollon agar bersih, kemudian dilukismi pakai kuas yang dicelupkan ketintanya, saya tidak tau kalau bersih atau tidak, pembuat tatonya tidak pakai sarung tangan.”       (Sli, 28 Mei 2008)
       
        Tidak tahu setahu saya dia pakai mesin, pake jarum yang dilukiskan ketubuhku sesuai dengan bentuk gambar yang saya suka, bersih menurut saya karena di simpan tersendiri di kotak kaya  aluminium itu, dia pakai sarung tangan.”                                                                                  (Wln, 8 Juni 2008)
             
            Berdasarkan  hasil wawancara mendalam, pernyataan informan dari penelitian ini menunjukan bahwa umumnya  konsep   pemahaman mereka  tentang  bersih  sebagai upaya pencegahan penyakit adalah bila memakai sarung tangan, menggunakan alat yang baru dibuka segelnya,disimpan di tempat  aluminium.
            Berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan ditoko pembuatan tato di  lokasi penelitian ini, ditemukan bahwa sarung tangan yang dipakai adalah bekas pakai yang hanya dikeringkan. Dalam arti sarung tangan yang dipakai berganti-ganti memungkinkan adanya resiko penularan penyakit yang akan ditimbulkan oleh tato.
         
2.  Kebiasaan Yang dilakukan  remaja Saat Sakit Diproses Pertatoan
        Pada umumnya masyarakat mengetahui bahwa tato permanen atau tato seumur hidup identik dengan luka atau sakit, ternyata tato temporer yang hanya di tempel dan dilukis pakai kuas, kenyataannya sakit juga antara lain  panas – panas pedis di saat proses pertatoan dan gatal setelah  selesai proses pertatoan.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa, tindakan yang dilakukan oleh informan di saat sakit dalam proses pertatoan, antara lain adalah, dinikmati, minum air aqua karena banyak keringat yang keluar, minum fanta sambil menikmati jalannya jarum ditubuhnya, makan coklat , di tahan, dan ada yang teriak. Berikut kutipan wawancaranya :
      Sakit, perih tapi saya tahan dan  nikmati saja,”                 (Pnc, 8 Juni 2008)

   
  Saya hanya minumkan  fanta dan menikmat jalannya jarum itu kaya saya di kele kele, geli begitu.”                                                        (Wln, 8 Juni 2008)

   Tidak terlalu sakit, hanya agak panas – panas pedis,makanya saya tadi teriak , kemudian tidak lama selesaimi, cepat ji  bu.”        (Sli, 28 Mei 2008)

”Sakit bu, perih tapi saya tahan saja, saya hanya ingat – ingat makanan yang enak – enak, jadi sampai selesai dibuat tatonya hampir saya tidak rasa sakitnya.”                                                                           (And, 8 Juni 2008)

 3.  Upaya  pengobatan saat sakit  setelah  ditato  
           Umumnya informan tidak berobat ke petugas kesehatan setelah selesai proses pertatoan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa, tindakan yang dilakukan saat sakit setelah ditato yaitu, dibiarkan,tidak dikenakan air, makan antibiotik seperti Ampcilin, Amoxicilin, waktu penyembuhan lukanya berfariasi dari tiga hari sampai ada yang satu minggu, tergantung dari orangnya. Demikian hasil kutipan wawancaranya :
     Tidak ku apa – apai, sembuh juga dengan sendirinya, hanya kalau mandi  saya tidak kasi kenai air. Tdak lama empat hariji sembuhmiki   (Asr, 8 Juni 2008)
 Saya makan obat ampisilin saja, kurang lebih tiga hari sembuhmi.”
                                                                                         (Wln, 8 Juni 2008)
 Tidak makan obat karena setelah selesai di tato, tidak sakitmi, hanya di kastau artisnya bahwa kalau nanti sakit makan obat Amoxicilin saja, tapi selama ini juga setelah saya selesai di tato  tidak pernah merasa sakit, Cuma pernah merah dan gatal , tapi saya olesi saja minyak gosok selama dua hari sembuhmi.”
                                                                                                            (Sli, 28 Mei 2008)
     Saya biarkan saja tidak makan obat . satu minggu sudah sembuh.”
                                                                                                     (And, 8 Juni 2008)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada informan yang melakukan pengobatan luka tatonya sendiri dengan mengkonsumsi obat antibiotik seperti Ampisilin, Amoksilin.
Hal diatas sesuai dengan hasil wawancara terhadap pembuat tato yang memberikan   pernyataan bahwa bila selesai di tato dianjurkan agar minum antibiotik , demikian kutipan wawancaranya:
Semua pasien yang sudah selesai di tato, lukanya itu di kasi alkohol agar darahannya berhenti mengalir, antiseptik agar tidak terkena bakteri, faselin agar hasil gambarnya bagus, di perban agar tidak terkena debu, kemudian saya sarankan agar makan obat antibiotik seperti, Ampicilin atau Amoxicilin agar tidak infeksi. Lukanya sembuh paling lamami satu minggu, tapi ada
juga yang Cuma tiga hari sembuhmi.”                                (Bdi, 6 Juni 2008)
     Tetapi ada juga informan  yang membiarkan sembuh dengan sendirinya. Sedangkan lama waktu sembuh luka tato tersebut ada yang tiga hari dan ada yang bahkan lebih dari tujuh hari.
     Kenyataan  bahwa sejumlah pemakai tato merasakan sakit pada saat ditato dan saat setelah ditato, pengguna tato mengatasinya dengan meminum obat antibiotik berupa Ampisilin, Amoxicilin yang dibeli sendiri,  sesuai dengan data dari Dr.Ahli Kulit dan Kelamin di Balai Pengobatan Kulit Kelamin dan Kosmetik di Kota Makassar. Dr.Farida Ilyas, menyatakan bahwa selama ini tidak pernah ada keluhan dari pasien akibat luka tatonya. Yang ada bahkan keluhan untuk membuka tatonya karena alasan untuk persyaratan pekerjaan dan untuk mengikuti tes masuk Pendidikan AKABRI. 
4. Upaya perawatan dengan cara memelihara warna tato agar tidak berubah
         Informan melakukan berbagai cara untuk memelihara warna tatonya agar tidak berubah sesuai dengan jenis tatonya antara lain adalah, tato permanent yaitu pakai hand and body, pakai tatto goo lotion, dibiarkan saja. Tato temporer kebalikannya yaitu tidak boleh kena hand and body ,dan air serta sabun sesering mungkin. Berikut kutipan wawancaranya :
 Tidak ji. Hanya saya kasi hand and body biasa saja.”       (Asr, 8 Juli 2008)
 Pakai tatto goo, jadi hasilnya bagus, warnanya juga tetap segar.”
                                                                                         (Uga, 6 Juni 2008)
  Tidak boleh di kasi hand and body , disiram air dan sabun sesering mungkin agar warnanya tahan, tetapi pasti dua minggu atau lebih satu hari mungkin warnanya sudah hilang lagi, kembali maka lagi untuk bikin tato  dengan gambar yang lain lagi, ya sesuai mut saya.”         (Sli, 28 Juni 2008)
             
 Dikastau artis tatonya agar pakai tatto goo lotion. Agar warnahnya bagus dan tahan, tapi harganya mahal sekali, jadi saya biarkan saja.”     
                                                                                                            (Pnc, 8 Juni 2008)
               Tidak di kasi apa – apa, kan tato begini lama baru hilang, jadi sesudah di      tato saya biarkan saja.”                                                       (And, 8 Juni 2008)

           Upaya perawatan yang dilakukan oleh para informan dalam penelitian ini memang sesuai dengan apa yang disarankan oleh artis tato atau pembuat tatonya, dari hasil wawancara peneliti dengan pembuat tatonya sebagai informan kunci, demikian kutipannya :
      ”Saya sarankan agar, memakai hand and body selama tatonya belum sembuh, tidak boleh dulu di kena sinar mata hari, air, air sabun, dan yang paling bagus pakai tatto goo, karena di samping hasilnya bagus warnanya tahan juga dan harum seperti lotion biasa.”                        (Bdi, 6 Juni 2008)
            
          Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada informan yang memelihara warna tatonya dengan cara memakai hand and body biasa, ada yang memakai tatto goo lotion untuk tato jenis permanent. Untuk tato jenis temporer ada yang memelihara dengan cara tidak memakai hand and body, tidak di kenakan air, serta tidak boleh  dikena sabun sesering mungkin. Ada juga informan yang tidak melakukan pemeliharaan, bahkan dibiarkan saja.  

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      KESIMPULAN
                  Dari hasil penelitian tentang Persepsi dan Perilaku Remaja Tentang tato, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.       Persepsi Remaja Tentang Tato
         Bahwa umumnya  tato dianggap lebih banyak bagian dari gaya hidup, indah, karya seni, gambar yang indah, mencari sensasi baru, aksesoris tubuh, keren, ekspresi diri dan apresiasi seni. Karena dilatarbelakangi oleh faktor pribadi, faktor teman, atau kelompok dan di dominasi  oleh faktor model  idola remaja. Dampak tato terhadap kesehatan sebagian besar informan belum mengetahui risiko yang dapat ditimbulkan seperti penyakit kulit, AIDS, hepatitis C dan lain – lain, bahkan ada yang tidak mau tahu informasi tentang risiko tersebut.
2.      Perilaku remaja terhadap tato terkait dengan upaya pencegahan,               pengobatan dan perawatan.
          Umumnya pengetahuan remaja tentang bersih sebagai upaya pencegahan penyakit adalah bila memakai  sarung tangan, menggunakan alat yang baru dibuka segelnya, dan alatnya disimpan di tempat  aluminium. Hal ini belum memenuhi syarat kesehatan , menurut  hasil observasi bahwa sarung tangan yang dipakai adalah bekas pemakai sebelumnya.
Umumnya  upaya pengobatan yang dilakukan  remaja setelah menggunakan tato pada saat merasa sakit diatasi dengan minum antibiotik seperti, Ampicillin, Amoxicillin, yang disarankan oleh pembuat tato agar tidak terjadi  infeksi.
         Upaya perawatan yang dilakukan remaja dalam mempertahankan warna tatonya, dengan memakai  bahan kosmetik lotion seperti hand and body, tatto goo.
B.     SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas maka disarankan :
1.      Perlunya masyarakat  memperoleh informasi secara intensif dan benar dari Dinas Kesehatan khususnya bidang Promosi Kesehatan tentang risiko yang dapat ditimbulkan oleh tato yang  dapat ditularkan melalui alat pembuatan tato yang tidak steril, dengan menggunakan model yang menjadi idola masyarakat dalam upaya  perubahan  perilaku sehat pada masyarakat khususnya remaja.
2.      Pemberian pengetahuan kepada artis tato tentang tata cara sterilisasi peralatan tato  yang benar, kemudian  memberikan syarat yang ketat kepada pasien  yang akan memakai  tato seperti, tidak memakai miras, tidak pernah mengidap penyakit infeksi serius seperti hepatitis, jika perlu harus ada surat keterangan berbadan sehat dari dokter.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Rends Of Tatto, www.Sriwijayapos.com/Indonesia/Jembatan informasi diakses tanggal  7 Februari 2008.

_______ , Bagaimana Lebih Memahami Seorang Diri Remaja?, www.psi.unair.ac.id diakses 27 Januari 2008.

_______ , Eksistensi Tato Sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Tradisional Masyarakat Mentawai .www.Adiportal.com diakses tanggal 7 Februari 2008.

Adiningsih,S, Bodi Image Remaja dalam Konsep Bio-Psikologi. Pangan dan gizi: Masalah Program intervensi dan eknologi Tepat Guna, Makassar: DPP  Pangan Indonesia dan Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan Universitas Hasanuddin, 2002.

Aldy, Tato dan Seni, www.Indonesiasubculture.com diakses tanggal 12 Februari 2008.

Aliaswastika, Kajian Tato Dalam Budaya, www.aliaswastika.multiply.com diakses tanggal 14 Februari 2008.

Ali, Mohammad, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Anak Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. 

Armstrong, Myrna L. College,2002  Students and Tattoos Influence of Image, Identity, Family and Friends Jurnal of Psychosocial Nursing Vol.40 No.. Di akses 26 Februari 2008.

Depkes, Pemeriksaan Dini Kurangi Risiko Akibat Hepatitis C, www.depkes.go.id./index.php. diakses tanggal 23 Maret 2008.

Devito, Joseph. A, Komunikasi Antar Manusia : Kuliah Dasar, Jakarta: Profesional Books, 1997.

Effendy Nasrul, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC,  1998.

Gumilar, Gumgum, Fenomena Tato dan Pemaknaan Simbolik Di Kalangan Pengguna Tato, www.cbn.net.id diakses tanggal 7 Februari 2008.

Hot Topic Fri,  Bahaya di balik Keindahan Tubuh, www.cbn.net.id diakses tanggal 14 Februari 2008.

Juliasri, Nuraini dan Antariksa, Tato Antara Politik dan Keindahan Tubuh,                www.kunci.or.id diakses tanggal 14 Februari 2008.

Marmitt, L. Adolesence Obesity, www.edreferral.com/body image.htm diakses tanggal 27 Januari 2008.

Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996.

Notoatmojo, Soekidjo, Pengantar pendidikan Kesehatan dam Ilmu perilaku                kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Rendy, Klinik Tato, www.kenttato.com diakses tanggal 30 Februari 2008.

Rosa,Adi. Sosok Minang di Selasa. www.mantagismeblogspot.com/search/lebel. diakses tanggal 7 Februari 2008.
Sedarmayanti, Manajemen sumberdaya Manusia, Bandung : PT.REFIKA Aditama, 2007.