BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Merokok merupakan kegiatan yang
masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di
surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok.
Bagi pecandunya, mereka dengan bangga menghisap
rokok di tempat-tempat
umum, kantor, rumah,
jalan-jalan, dan sebagainya. Di
tempat-tempat yang telah
diberi tanda “dilarang
merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak
sekolah yang masih berpakaian seragam
sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok.
Merokok merupakan salah satu
masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi
sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi
sulit, karena berkaitan dengan
banyak faktor yang
saling memicu, sehingga
seolah-olah sudah menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan
merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh
darah yang mengakibatkan kematian, oleh
karena itu merokok
harus dihentikan sebagai usaha
pencegahan sedini mungkin. Dari
segi pemerintahan, pemerintah memperoleh pajak pemasukan rokok
yang tidak sedikit jumlahnya, dan mampu menyerap banyak tenaga
kerja. Jika pabrik rokok ditutup harus mencarikan pemasukan dana dari
sumber lain yang tidak sedikit jumlahnya (sulit pemecahannya). Di pihak perokok
sendiri, mereka merasakan kenikmatan begitu nyata, sampai dirasa memberikan kesegaran
dan kepuasan tersendiri sehingga setiap
harinya harus menyisihkan uang untuk
merokok. Kelompok lain,
khususnya remaja pria,
mereka menganggap bahwa merokok
adalah merupakan ciri
kejantanan yang membanggakan,
sehingga mereka yang tidak merokok malah justru diejek.
Faktor
dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai
merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam Komaslasari (2007) berkaitan dengan
adanya krisis psikososial yng dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa
ketika mereka sedang mencari jati drinya. Dalam masa remaja ini, sering
dilukiskan sebagai masa badai dan masa topan karena tidak sesuai antara
perkembangan psikis dan sosial. Upaya-upaya untuk menentukan jati diri
tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa
remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Perilaku merokok
bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan,
kepemimpinan dan daya tarik kepada lawan jenis.
Berdasarkan
data dari badan kesehatan Dunia WHO (world
healt organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa
disebabkan karena kebiasaan merokok, dimana rokok ini membunuh hampir lima juta
orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10
juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus
terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4
juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik.
Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta.
Merokok juga merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya
produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut tobacco atlas yang diterbitkan
oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan
jantung (rasti, 2008).
Remaja
adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk perempuan dan 12-20
tahun untuk laki-laki, atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
Angka kejadian merokok pada remaja-remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000
melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang dewasa, dan dikatakan
terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih dari 80% perokok mulai
sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok
setiap hari. Angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan dari pada
di perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok mencerminkan interaksi
yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, budaya, stress, keturunan, umur,
jenis reklame dan reklame rokok. Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan
bahwa pada semua etnis, kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian
merokok pada remaja lebih tinggi dari pada angka kejadian merokok pada orang
dewasa. Remaja wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari jumlah laki-laki
perokok kecuali pada etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007)
Indonesia
menempati urutan ketiga di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi
tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi
tembakau, yaitu 65 juta perokok atau 28% perpenduduk, dari 225 milyar batang
pertahun, data dari hasil laporan WHO 2008 dengan statistik jumlah perokok 1,35
miliar orang (www.carahidup.um.ac.id).
Lebih
dari 42 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan
(ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok
dalam rumah dan hampir semuanya (91,8%) merkok di dalam rumah. Diperkirakan
bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan sebagaian
besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun. Saat masih anak-anak atau
remaja rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi
merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7%
(10-14 tahun) ke 24,2% (15-19 tahun), melonjak ke 60,1% (20-24 tahun). Remaja
pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih tinggi
dari kelompok lain manapun (Depkes, 2003).
Mengingat
banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok, seharusnya konsumsi
rokok pada remaja semakin menurun, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Dalam
kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak siswa SMA di kota Bau-Bau
khususnya di SMA Negeri 2 Bau-Bau merokok bahkan dilingkungan sekolah dan pada
jam sekolah.
Dari
fenomena diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dilapangan
dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja” khusunya
pada siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di
SMA Negeri 2 Bau- Bau?
2.
Bagaimana dampak dari
perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau- Bau?
C.
Tujuan dan manfaat Penelitian
1.
Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian
ini yaitu:
a. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada
remaja di SMA Negeri 2 Bau- Bau.
b. Untuk mengetahui dampak perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau-Bau.
2.
Manfaat penelitian.
1.
Manfaat Praktis, hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan mengenai bahaya yang dapat ditimbulkan akibat perilaku merokok pada
remaja khususnya pada SMA Negeri 2 Bau – Bau.
2.
Manfaat Teoritis, Bagi
peneliti merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang
metode penelitian khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang
relevan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Perilaku merokok pada remaja
Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh
manusia yang mencakup kegiatan motoris dan juga aktifitas atau kegiatan yang
bersifat praktis atau jiwani.
Menurut Alisjahbana (1986: 96) bahwa perilaku yang
ditimbulkan oleh manusia tercermin dari segala tindakan dan perbuatan untuk
mencapai tujuannya dimana manusia bergantung pada lingkungannya. Jujun (1994:
86) muncul teori KAP (knowledge, attitude
and practice) bahwa perilaku orang dipengaruhi oleh sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), akan tetapi semua perilaku
terdapat variabel penting yang menjembataninya yaitu variabel motivasi.
Kalangie (1994: 87) mengatakan bahwa perilaku
merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,
kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang bersangkutan.
Sehubungan dengan perilaku sosial, David. O. Sears (1995:
50) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku sosial
individu yaitu:
a. Faktor genetik.
Faktor
genetik adalah faktor yang dibawah sejak lahir oleh manusia. Faktor genetik ini
merupakan faktor yang dibawah atau diwarisi oleh orang tua.
b. Faktor pengalaman.
Situasi dan kondisi yang dipetik
atau yang dialami serta diamati oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang
dialami dari perjalanan hidupnya yang akan membentuk perilaku yang berlainan
pada setiap individu dalam mengembangkan perilaku sosialnya.
c. Faktor lingkungan.
Situasi dan kondisi yang dialami
oleh seseorang sejak lahir, masa kanak-kanak hingga masa dewasa baik dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya akan memberikan pengaruh yang
berbeda pada perkembangan masing-masing.
d. Faktor pendidikan.
Tingkat pendidikan yang berbeda
akan memberikan tanggapan yang berbeda pada kemampuan individu untuk
berinteraksi.
Menurut Odum (1993: 307),
perilaku merupakan tindakan yang tegas dari suatu organisasi untuk menjamin
hidupnya. Hal tersebut juga merupakan cara-cara yang penting dimana
individu-individu terpadukan menjadi himpunan masyarakat yang terorganisir dan
teratur. Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek
tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu:
1.
Bentuk pasif, adalah
respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung
dapat terlihat orang lain.
2.
Bentuk aktif adalah
apabila perilaku jelas dapat di observasi secara langsung (Soekidjo, 1996:
120).
Ensiklopedia Amerika (dalam
soekidjo, 1996: 23) perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme
terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut dengan
rangsangan. Dengan demikian, suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi
atau perilaku tertentu.
Menurut Tomkinds (1991) ada 4
tipe perilaku merokok sebagai berikut:
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh persaan positif. Dengan merokok, seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada 3 sub tipe ini yakni
(1) merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah
didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. (2) Merokok hanya
dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang
diperoleh dengan memegang rokok.
b. Perilaku merokok yang
dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negatif. Misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok
dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak
terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif.
Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat
setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi
keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir
kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah
menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali merupakan suatu
perilaku yang sudah bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa
disadari ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar
habis.
Tampat
merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat
dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1) Merokok di tempat-tempat
umum/ruang publik:
a) Kelompok Homogen (sama-sama
perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka
masih menghargai orang lain karena itu, mereka menempatkan diri di Smooking area.
b) Kelompok yang heterogen
(merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok seperti anak kecil, orang
jompo, orang sakit dan lain-lain).
2) Merokok di tempat-tempat yang
bersifat pribadi:
a) Kantor atau di kamar tidur
pribadi. Perokok yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok
digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan
rasa gelisah yang mencekam.
b) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan
akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan
perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan
dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di
jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat dijumpai orang yang sedang merokok.
Perillaku
Merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa
(Sitepoe, 2000: 20). Merokok merupakan suatu aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan
terdengar asing bagi kita. Sekarang banyak sekali bisa kita temui orang-orang
yang melakukan aktivitas merokok yang disebut sebagai perokok.
Seseorang
dikatakan sebagai perokok yang sangat berat, bisa diketahui dari seberapa
banyak rokok yang ia habiskan dalam setiap harinya. Seperti halnya yang diutarakan
sebagai berikut:
“Merokok yang dikatakan
perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih darai 31 batang
perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat
merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi
berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang
dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan
menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun
pagi. (http//www.e-psikologi/merokok+remaja.com).
Conrad
and Miller dalam Sitepoe (2000: 17) menyatakan bahwa “seseorang akan menjadi
perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis”. Dorongan
psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk menunjukkan kejantanan
(bangga diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan
fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang
ingin terus merokok.
Di Indonesia,
kebanyakan anak-anak remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat
teman-temannya merokok, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya.
Merokok pada remaja karena kemauan sendiri disebabkan oleh keinginan menunjukkan
bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka mulai dari perokok pasif (menghisap
asap rokok orang lain yang merokok) lantas jadi perokok aktif. Mungkin juga
semula hanya mencoba-coba kemudian menjadi ketagihan akibat adanya nikotin di dalam
rokok. Hampir disetiap tempat berkumpul remaja atau anak-anak usia sekolah
menengah kita menemukan para remaja merokok.
Harus
kita sadari bahwa merokok bagi para remaja khususnya remaja yang masih berusia
sekolah menengah sudah menjadi hal biasa dan dapat dibanggakan bagi mereka,
bahkan banyak dari mereka sudah menjadi perokok aktif. Di Indonesia, anak-anak
berusia muda mulai merokok disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu karena
kemauan sendiri, melihat teman-temannya, dan di ajari atau dipaksa merokok oleh
teman-temannya (Sitepoe, 2000: 17).
Merokok
juga merupakan salah satu yang dilakukan oleh para remaja untuk menyatakan
bahwa mereka diterima dan teridentifikasi menjadi suatu kelompok tertentu. Remaja cenderung merokok jika mereka:
a. Memiliki teman-teman atau
keluarga merokok.
b. Sukar mengatakan tidak, terutama
kepada teman-teman atau oarang-orang yang ingin buat mereka terkesan.
c.
Tidak mengetahui
resikonya.
Ada beberapa hal yang menjadi
faktor penyebab dan yang mempengaruhi remaja
memiliki perilaku merokok.
1. Alasan remaja merokok
Begitu
banyak sebab atau alasan yang disampaikan oleh remaja mengapa dia melakukan
aktivitas merokok. Sebagian besar remaja melakukan aktivitas merokok karena ia
ingin terkesan dewasa, gagah atau “macho”. Faktor pendorong remaja mulai melakukan
aktivitas merokok, antara lain:
a. Rasa ingin tahu sampai menjadi
ketergantungan.
b. Untuk meningkatkan kesan
“kejagoan”
c.
Hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan
sebaya.
d.
Adanya stress atau konflik batin atau masalah
yang sulit diselesaikan.
e.
Dorongan sosial dari lingkungan yang mendesak
remaja untuk merokok atau kalau tidak merokok dianggap tidak solider dengan
lingkungan sosialnya.
f.
Ketidak
tahuan akibat bahaya merokok. (PMI, 1996: 41).
2.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi individu
merokok.
Faktor
penyebab remaja merokok biasanya dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa
saja dari faktor keluarga, tempat tinggal atau bahkan lingkungan pergaulan.
Seperti yang disampaikan oleh Darvil dan Powell (2002: 121) bahwa remaja
cenderung merokok karena memiliki teman-teman atau keluarga yang merokok.
Ada
lingkungan yang menganggap merokok merupakan suatu hal yang kurang pantas
dilakukan oleh para remaja. Tetapi, ada juga lingkungan dimana merokok pada
remaja adalah suatu hal yang wajar atau bahkan jika remaja laki-laki tidak
merokok akan dibilang remaja laki-laki yang aneh. Selin itu, ada juga remaja
laki-laki yang merokok disebabkan karena ia melihat ayahnya merokok.
Bagi
remaja solidaritas kelompok adalah suatu hal yang penting. Remaja cenderung
untuk melakukan apa yang sering dilakukan kelompok. Apabila dalam suatu
kelompok remaja, merokok adalah suatu aktivitas yang sering dilakukan maka
remaja yang tergabung di dalamnya cenderung untuk melakukan aktivitas merokok
Merokok
merupakan salah satu kebiasaan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah sosial dimana remaja yang
semestinya tidak merokok berdasarkan pertimbangan-pertimbangan baik dari dampak
yang ditimbulkan maupun dari pandangan sosial masyarakat yang menganggap bahwa
remaja yang merokok dianggap sebagai suatu penyimpangan sosial. Menjadi perokok
berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa
remaja. Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja.
Secara umum perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
Artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri,
juga disebabkan faktor lingkungan
B.
Konsep remaja.
Seringkali dengan gampang orang
mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa, atau disebut juga usia belasan. Hurlock (1999: 206) menyatakan bahwa
“secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa”.
Remaja
merupakan peralihan antara masa kehidupan anak dan orang dewasa. Masa remaja
atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak
ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (pardede,
2002).
Berdasarkan
kronologi dan berbagai kepentingan, terdapat beberapa defenisi tentang remaja
(Soetjiningsih, 2004) yaitu:
1. Pada buku -buku pediatric,
pada umumnya mendefeniasikan remaja adalah apabila seorang anak telah mencapai
umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut Undang-Undang no. 4
tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum
mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut Undang-Undang
perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun dan
sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
4. Menurut Undang-Undang
perkawinan No. 1 tahun1979, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah,
yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
5. Menurut Diknas anak dianggap
remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai saat lulus sekolah
menengah.
6.
Menurut WHO, remaja
bila anak mencapai umur 10-18 tahun.
Remaja dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, akan melewati tahap berikut: masa remaja
awal/dini (early adolescence) umur
11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle
adolescence) umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun (rejeki, 2007).
Menjadi perokok berat merupakan
hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Mula-mula
individu mencoba merokok, merasakan tekanan rekan sebaya untuk merokok, dan mengembangkan sikap tentang seperti apa
seorang perokok. Setelah melalui proses-proses tersebut, barulah individu
menentukan apakah akan mengkonsumsi nikotin atau tidak. dalam proses tersebut
peran teman sebaya menjadi lebih penting mengingat akan tahapan perkembangan remaja
yang menitik beratkan pada penerimaan dari rekan sebaya. Berbagai faktor meliputi fisiologis, psikologis,
dan faktor-faktor sosial menjadi alasan seseorang remaja menjadi perokok
(sentika, 2008)
- Tinjauan umum tentang lingkungan sekolah.
1)
Orang tua/ keluarga
Masa remaja merupakan masa
peralihan dimana seseorang sedang mengalami masa kritis yang disebabkan karena
ia akan beranjak menuju kedewasaan. Dalam masa peralihan ini remaja sedang
mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang sedang sulit dan masa-masa
yang membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari
orang yang dicintainya dan dekat dengannya terutama dari keluarga. Dengan
demikian komunikasi antara anggota keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian remaja.
Kurangnya komunikasi antara
anggota keluarga dapat menjadi penyebab utama dari timbulnya berbagai masalah
pada remaja. Kenakalan remaja, seperti perilaku merokok, dapat berakar pada
kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua
telah sibuk dengan berbagai aktivitas. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan
lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan
anak pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu sikap
atau cara-cara yang bersifat preventif dan cara yang bersifat represif
(Afriani, 2009).
2)
Teman-teman
Kebanyakan remaja pertamakali
merokok karena pengaruh teman. Remaja perokok akan mempunyai teman yang
sebagian besar adalah perokok juga. Berbagai faktor mengungkapkan bahwa semakin
banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
peokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman- temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya
mereka semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87% sekurang-kurangnya
mempunyai satu atau lebih sahabat yang perokok begitupula dengan remaja non
perokok (Widianti, 2009).
Remaja
mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini karena untuk iseng, agar
terlihat tenang pada saat berpacaran, berani ambil resiko, karena bosan dan
tidak ada yang sedang dilakukan, dan kelilhatan seperti orang dewasa
(nainggolan, 1998).
b.
Tinjauan Umum
Tentang psikologi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang
penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah sangat
cepat. Berdasarkan hasil penelitian bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45
menit untuk berubah dari mood senang luar biasa kesedih luar
biasa, sementara orang dewasa memerlukan
hal yang sama. Perubahan mood (swing)
yang drastis pada remaja sering kali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari- hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-rubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis
(Atkinsom, 1999).
Masalah kesadaran diri pada
remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Remaja sangat rentan
terhadap pendapat orang lain karena remaja beranggapan bahwa orang lain sangat
mengagumi atau saling mengkritik. Anggapan itu mebuat remaja sangat memperhatikan diri dan
citra yang direfleksikan (self-image).
Remaja cenderung beranggapan dirinya sangat unik dan bahkan remaja percaya
keunikan akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian
dan angan-angan terhadap kenyataan (Mappiare, 1992).
Tindakan
impulsif sering dilakukan oleh sebagian remaja karena remaja tidak sadar dan
belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja
yang diberi kesempatan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, akan tumbuh
menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri, dan mampu
bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat
dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Bimbingan
orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan dalam
menghadapi masalah.
Remja akan membayangkan apa
yang dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah. Pemilihan idola
ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat
kemungkinan-kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya
adalah perilaku yang mengandung resiko dan berdampak negatif pada remaja.
Perilaku yang mengandung resiko pada remaja misalnya seperti penggunaan alkohol,
tembakau, aktivitas sosial yang berganti-ganti pasangan dan perilaku menentang
bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung. Alasan perilaku
yang mengandung resiko adalah bermacam-macam dan berhubungan dengan dinamika
fobia balik (conterphobic dynamic),
rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan
dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya (Widianti, 2009).
c. Tinjauan Umum Tentang Media
Iklan
Iklan merupakan media informasi
yang dibuat sedemikaian rupa agar dapat
menarik minat khalayak, original, serta memiliki karakteristik tertentu dan
persuasif sehingga para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk
melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.
Banyaknya iklan rokok dimedia
cetak, elektronik dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja
tentang produk rokok. Salah satu iklan yang dianggap cukup berbahaya dan paling
sering melanggar etika periklanan adalah iklan rokok.
Penggambaran tokoh serta adegan-adegan
menantang dalam iklan membuat para masyarakat khususnya remaja dan anak-anak
menirunya. Iklan-iklan
yang ada merangsang mereka untuk merokok dengan bujukan yang berbeda. Meskipun dalam
iklan rokok tidak digambarkan orang merokok akan tetapi adegan-adegan yang
identik dengan keperkasaan atau kebebasan mempengaruhi mereka untuk
mengkonsumsi rokok.
Remaja
juga dikesankan lebih hebat bila merokok. Idola para remaja mulai dari
penyanyi, grup hingga bintang film dilibatkan sebagai model dalam iklan rokok.
Industri rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap mencari
identitas. Melalui iklan televisi, biasanya para remaja meniru dan mengikuti
gaya hidup idolanya. Industri rokok juga sangat paham mengkondisikan perasaan
positif pada benda yang diiklankan di televisi. Tema iklan rokok selalu
menampilkan pesan positif seperti macho, bergaya, peduli, dan setia kawan. Efek
kultifasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat
pada diri individu. Bahkan orang-orang yang terkena efek ini menganggap bahwa
lingkungan disekitar sama seperti yang tergambar dalam media televisi.
C.
Dampak perilaku merokok pada
remaja
Kerugian
yang ditimbulkan dari perilaku merokok sangat banyak bagi kesehatan tapi
sayangnya masi saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam
asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya
adalah nikotin yang bersifat adiktif
dan tar yang bersifat karsiogenik.
Sebagaimana
halnya berbagai aktivitas, merokok ada dampak yang ditimbulkannya, baik dampak positif maupun dampak
negatif. Namun jika kita kaji lebih dalam merokok banyak mengandung dampak
negatifnya dibanding dampak positifnya. Meskipun
demikian, jumlah perokok tiap tahunnya semakin meningkat.
a.
Dampak positif dari
merokok
Meskipun didalam bungkus rokok itu sendiri tertulis
peringatan bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung, kanker, impotensi,
serta gangguan kehamilan dan janin, tetapi seperi tidak diperdulikan oleh para
perokok. Kebanyakan para perokok mengatakan mulut terasa asam jika tidak
merokok terlebih lagi setelah makan. Beberapa hal dianggap sebagai manfaat dari
merokok adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi stress, tekanan
perasaan yang kurang enak, secara tidak langsung menjadikan remaja lebih
berani.
2.
Menimbulkan perasaan
nikmat.
3.
Mempererat pergaulan
antar kawan, terutama bila semua kawan merokok.
4. Meningkatkan keberanian dan
perasaan jantan, jagoan dan macho.
5. Mengurangi nafsu makan, sehingga
bisa mencegah kegemukan (PMI, 1996: 40).
Dari kelima manfaat yang
ditimbulkan dari merokok khususnya bagi para remaja yang digunakan sebagai
alasan untuk merokok yaitu cenderung pada hal mengurangi stress, mempererat pergaulan
dan meningkatkan keberanian dan perasaan jantan.
b.
Dampak negatif dari
merokok.
Sebenarnya jika kita mengetahui apa yang dihasilkan dari
merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada
manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi
kesehatan. Dalam bungkus rokok itu sendiri dicantumkan peringatan pemerintah
bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung, paru-paru, kanker, impotensi
serta gangguan kehamilan dan janin. Dibawah ini akan disampaikan kerugian dari
merokok antara lain:
1.
Rokok mengandung 4000
jenis bahan racun yang berbahaya bagi kesehatan, antara lain yang telah dikenal
baik adalah karbon monoksida (co)
yang bisa mematikan, nikotin yang
mendorong pengapuran jantung dan pembuluh darah, tar yang dapat menyumbat dan mengurangi fungsi saluran nafas dan
menyebabkan kanker, serta berbagai racun pada hati, otak dan pembentuk kanker.
2. Rokok menurunkan konsentrasi,
misalnya sewaktu mengemudi dan berpikir.
3.
Rokok menurunkan
kebugaran.
4.
Rrokok bukan hanya
meracuni para perokok sendiri, namun juga orang disekitarnya (sebagai perokok
pasif) dengan bahaya yang sama.
5.
Rokok menimbulkan
ketergantungan dan perasaan kehilangan sesuatu. Kalau rokok tidak tersedia,
yang berakibat pada penurunan prestasi belajar dan bekerja.
6.
Rokok memboroskan
7.
Rokok dapat menyulut
kebakaran (PMI, 1996: 40)
Selain beberapa hal di atas juga
ada bebrapa kerugian lainnya dari merokok yaitu:
1.
Merokok dapat
menyebabkan penyakit pada alat pencernaan.
2.
Merokok meningkatkan
tekanan darah.
3.
Merokok meningkatkan
prevalensi gondok.
4.
Merokok dapat
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah.
5.
Merokok dapat
memperpendek usia.
6.
Merokok menghambat
buang air kecil.
7.
Merokok menimbulkan amblyopia
atau penglihatan menjadi kabur.
8.
Merokok bersifat
adiksi (ketagihan)
9.
Merokok membuat lebih
cepat tua dan memperburuk wajah.
10.
Rokok penyebab polusi
udara dalam ruangan.(Sitepoe, 2000: 38-41)
Beberapa kerugian atau dampak
negatif tentang merokok yang telah
disampaikan di atas sebenarnya lebih memperjelas bahwa merokok itu banyak sekali
kerugiannya. Sering kita dengar istilah merokok dapat menyebabkan kematian, sebenarnya
merokok bukan penyebab kematian melainkan merokok dapat memicu suatu penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Begitu banyaknya kerugian yang ditimbulkan
akibat merokok semoga saja para perokok menyadari akan kerugian-kerugian itu
dan meninggalkan aktivitas merokok.
- Kerangka Pikir

BAB III
METODE PENELITIAN
A.
LOKASI PENELITIAN
Penelitian
ini mengambil lokasi di Kota Bau-Bau, dengan memfokuskan lokasi pada SMA Negeri
2 Bau-Bau. Peneliti mengambil lokasi ini sebagai tempat penelitian, dengan
pertimbangan bahwa SMA Negeri 2 Kota Bau-Bau merupakan salah satu SMA Negeri
yang juga pada saat ini sedang dilanda maraknya penggunaan rokok oleh generasi
muda.
B.
POPULASI DAN SAMPEL
Objek
penelitian ini di fokuskan pada remaja yang ada di SMA Negeri 2 Bau-Bau dalam
kaitannya dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau-Bau, untuk
itu penetapan populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh remaja laki-laki yang
masih duduk di bangku SMA Negeri 2 Bau-Bau dengan jumlah populasi yaitu kelas X
sebanyak 224, kelas XI 423, dan kelas XII sebanyak 181. Jadi jumlah populasi
seluruhnya sebanyak 828 siswa laki-laki.
Keseluruhan
populasi tersebut tidak mungkin akan diambil datanya oleh peneliti secara satu
per satu. Karena cara demikian selain tidak efisien juga tidak menghemat waktu dan biaya penelitian yang
digunakan. Untuk itu, peneliti menetapkan sampel penelitian yang dianggap dapat
mewakili masing-masing populasi yang telah ditetapkan.
Adapun sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah remaja yang
duduk di SMA Negeri 2 Kota Bau-Bau. Sampel
ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan
sampel strata. Cara pengambilan sampel ini dilakukan peneliti dengan
terlebih dahulu menetapkan unit-unit sampel
yang spesifik yang dianggap mewakili kelas-kelas yang ada di SMA Negeri 2 Bau-Bau. Peneliti menetapkan 3 unit
sampel kelas pada SMA Negeri 2 Bau-Bau,
jadi secara keseluruhan, perincian sampel yang diambil dari masing-masing unit
sampel adalah sebagai berikut :
§ Sampel siswa yang duduk di
kelas X ditetapkan 5 responden
§ Sampel siswa yang duduk di
kelas XI ditetapkan 5 responden
§ Sampel siswa yang duduk di
kelas XII ditetapkan 5 responden.
Jadi
jumlah keseluruhan sampel penelitian ditetapkan sebanyak 15 responden. Ditambah
informan dari guru-guru SMA Negeri 2 Bau-Bau dengan perincian informan yang
diambil adalah sebagai berikut:
- Guru agama, ditetapkan 1 informan.
- Guru BP, ditetapkan 1 informan.
- Kepala sekolah, ditetapkan 1 informan.
Jadi
jumlah keseluruhan informan penelitian yang ditetapkan untuk kalangan guru yang
mengajar di SMA Negeri 2 Bau-Bau, adalah 3 informan.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut
:
1. Studi kepustakaan yang
dilakukan dengan cara menelaah berbagai buku, literatur, atau bahan tertulis
lainnya yang erat kaitannya dengan objek permasalahan yang diteliti.
2. Penelitian lapangan yaitu
dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data secara langsung kepada sejumlah
responden dengan teknik :
a. Wawancara langsung terhadap sejumlah informan dengan materi wawancara yang menyangkut faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
b. Observasi, yaitu pengamatan langsung dilokasi
penelitian terhadap sasaran penelitian, yaitu remaja atau siswa SMA Negeri 2
Bau-Bau yang merokok. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang
frekuensi perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Bau-Bau.
c. Angket (kuesioner)
Sebagai instrumen utama dalam
penelitian yang dibuat suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan tertulis
mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti guna memperoleh data dari
responden tentang objek yang akan diteliti.
D. Teknik analisis data
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis Deskriptif Kualitatif
yaitu dengan menginterprestasikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
yang disertai dengan narasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi
SMA
Negeri 2 Bau-Bau adalah salah satu SMA Negeri di Kota Bau-Bau yang berada di alamat
Jln. Betoambari No. 67 kota Bau-Bau dan didirikan pada tahun 1976
Batas-batas
wilayah SMA Negeri 2 Bau-Bau yaitu dapat digambarkan sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan jalan Betoambari
- Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan warga
- Sebelah barat berbatasan dengan SMP Negeri 4 Bau-Bau
- Sebelah timur berbatasan dengan Jln. Wa Ode Wau
Jumlah
ketenagaan di SMA Negeri 2 Bau-Bau terdiri dari guru tetap (76 orang), guru
tidak tetap (16 orang), dan kepala sekolah (1 orang).
SMA
Negeri 2 Bau-Bau memiliki 3 kelompok kelas, yaitu kelas X terdiri dari 12
kelas, kelas XI terdiri dari 11 kelas, dan kelas XII terdiri dari 10 kelas.
Selain itu untuk menunjang kegiatan pelayanan pendidikan di SMA Negeri 2
Bau-Bau maka perlu ruangan seperi 1 unit ruang kepala sekolah, 1 unit ruang
tata usaha,1 unit ruang guru, 1 unit ruang perpustakaan, 1 unit ruang komputer,
dan 4 unit ruang laboratorium. Adapun ruang pelengkap lainnya yaitu 1 unit
ruang OSIS, PMR, dan UKS, 2 unit WC, 4 unit lapangan olah raga, dan 1 unit
kantin.
B.
Hasil dan Pembahasan
- Karakteristik Responden
a. Lokasi Responden
Lokasi
responden adalah tempat pengambilan sampel atau data responden diperoleh selama
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan untuk
memperoleh data dari responden seluruhnya berada di SMA Negeri 2 Bau-Bau dengan
jumlah responden sebanyak 15 orang.
b. Jenis Kelamin Responden
Jenis
kelamin responden adalah pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin
responden. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari responden seluruhnya
berasal dari responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang, tidak
satupun responden perempuan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hal ini
disebabkan karena perilaku merokok dikalangan perempuan masih jarang ditemukan,
selain itu budaya ketimuran yang ada di Kota Bau-Bau masih kental, sehingga
bagi masyarakat perilaku merokok pada remaja
masih dianggap sebagai perbuatan yang melanggar norma atau perbuatan
yang menyimpang.
c. Umur Responden
Umur
responden adalah distribusi responden diukur berdasarkan umur responden.
Distribusi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun
2010
No
|
Umur
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
14
|
2
|
13,3
|
2
|
16
|
3
|
20
|
3
|
17
|
6
|
40
|
4
|
18
|
4
|
26,7
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010.
Tabel
1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 17 tahun
yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan yang terendah berada pada kelompok umur
14 tahun yaitu sebanyak 2 orang (13,3%). Hal ini menunjukan bahwa seluruh
responden dalam penelitian ini masih kategori remaja dimana usia remaja
berkisar antara 10-18 tahun yang
merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak menuju kemasa dewasa. Pada
tahap perkembangan remaja ini kondisi kejiwaan remja masih rentan terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar individu. Pada masa ini pula remaja cenderung bertindak
tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.
d. Kelas Responden
Kelas
responden adalah pengambilan sampel berdasarkan kelas-kelas pada lokasi
penelitian. Distribusi responden menurut kelas dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel
2 . Distribusi Responden Menurut Kelas Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Kelas
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
X
|
5
|
33,3
|
2
|
XI
|
5
|
33,3
|
3
|
XII
|
5
|
33,3
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010.
Tabel
2 menunjukkan bahwa keseluruhan responden di peroleh secara merata pada
tiap-tiap kelas yaitu pada kelas X sebanyak 5 orang (33,3%), kelas XI sebanyak
5 orang (33,3%), dan kelas XII sebanyak 5 orang (33,3%).
Dalam
penelitian ini pengambilan data dari responden di peroleh dari tiap-tiap kelas
yang dipilih secara sengaja. Pengambilan sampel sejumlah 5 responden pada
tiap-tiap unit kelas dikarenakan jumlah siswa laki-laki pada unit-unit kelas
yang diteliti lebih kecil dari jumlah siswa perempuan.
e. Pekerjaan Orang Tua
Distribusi
responden menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel
3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Orang Tua Pada Siswa SMA Negeri 2
Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Pekerjaan orang tua
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
PNS
|
4
|
26,7
|
2
|
Wiraswasta
|
3
|
20
|
3
|
Petani
|
2
|
13,3
|
4
|
Nelayan
|
6
|
40
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki orang tua
dengan pekerjaan sebagai nelayan yaitu sebanyak 6 orang (40%). Hal ini
disebabkan karena letak geografis kota Bau-Bau yang hampir seluruh wilayah
daratannya berada pada pesisir pantai, sehingga memungkinkan pekerjaan orang tua
responden bekerja sebagai nelayan. Selain itu letak SMA Negeri 2 Bau-Bau yang
berada dekat dengan pemukiman masyarakat nelayan, yang menjadikan orang tua
responden bekerja sebagai nelayan. Sedangkan sisanya bekerja sebagai petani
yaitu sebanyak 2 orang (13,3%).
f. Perilaku Merokok
Perilaku
merokok adalah sikap dan kebiasaan seseorang menghisap rokok disebabkan karena
alasan-alasan tertentu. Misalnya adanya pengaruh lingkungan, media, dan
pengaruh psikologi.
Berdasrkan
data yang diperoleh dari responden diketahui bahwa seluruh responden yang
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini seluruhnya berperilaku merokok
sebanyak 15 orang (100%), dan tidak satupun dari responden yang dijadikan
sebagai sampel tidak berperilaku merokok. hal ini menandakan bahwa angka
konsumsi merokok pada remaja di SMA 2 semakin meningkat.
Perilaku
merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu menghisap tembakau yang
dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada saat individu berusia
remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut samapai individu memasuki
masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi masalah emosional.
Perilaku
merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok menggunakan rokok bukan
untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena benar-benar telah menjadi
kebiasaan. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok. Maka dapat digolongkan atas:
merokok ditempat-tempat umum/ruang publik dan merokok ditempat-tempat yang
bersifat pribadi.
Berdasarkan
penelitian yang mana responden merupakan siswa SMA yang kebanyakan keseharian
mereka berada di sekolah sehingga kebiasaan merokok dilingkungan sekolah sudah
menjadi hal biasa dijumpai pada saat jam istrahat. Distribusi responden menurut
kebiasan merokok di lingkungan sekolah dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel
4. Distribusi Responden Yang Merokok Dilingkungan Sekolah Pada Siswa SMA Negeri
2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Merokok di sekolah
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Ya
|
13
|
86,7
|
2
|
Tidak
|
2
|
13,3
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010
Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa dari 15 responden yang memiliki kebiasaan
merokok hanya terdapat 13 orang (86,7) yang sering merokok di lingkungan
sekolah, dan sisanya sebanyak 2 orang (13,3%) yang tidak pernah merokok
dilingkungan sekolah. Sebagian siswa atau responden tidak merokok dilingkungan
sekolah karena adanya peraturan sekolah yang melarang siswa merokok selama berada
dilingkungan sekolah.
Berdasrkan
hasil wawancara dari salah satu informan kunci yaitu kepala sekolah SMA Negeri
2 Bau-Bau Drs. La udu mengatakan bahwa ”Ada aturan sekolah yang menyatakan
apabila siswa merokok dilingkungan sekolah maka siswa akan memperoleh sanksi
pemberian poin sebanyank 50 poin, apabila jumlah poin yang diperoleh siswa
sebanyak 100 poin maka akan dikenakan sanksi yaitu dengan mengeluarkan siswa
yang bermasalah tersebut, hal itu menyebabkan sebagian siswa takut untuk
merokok disekolah, namun masih banyak siswa yang merokok didalam sekolah hal
itu dilakukan pada saat jam istrahat dan tempat merokoknya pun susah diketahui
oleh guru-guru yang mengawas pada saat itu, karena lokasi tempat merokok mereka
yaitu di belakang ruangan kelas yang kosong”.
Tabel
5. Distribusi Responden Yang Merokok
Berdasarkan Jenis Rokok Yang Dihisap Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Jenis rokok
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
|
1
|
Filter
|
14
|
93,3
|
|
2
|
Kretek
|
1
|
6,7
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
||
Sumber: Data primer 2010
Selain
itu, dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok, sebagian besar
responden yaitu sebanyak 14 orang (93,3%) menyukai jenis rokok filter,
sedangkan sisanya responden menyukai jenis rokok kretek yaitu sebanyak 1 orang
(6,7%). Sebagian besar responden menyukai jenis rokok filter karena sebagian
besar jenis rokok yang beredar di masyarakat yaitu jenis rokok filter. Selain
jenis rokok yang dihisap oleh remaja, jumlah rokok juga bisa meencerminkan pola
perilaku merokok pada remaja. Seseorang dikatakan perokok sangat berat bisa
dilihat daari seberapa banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dalam sehari.
Distribusi responden menurut jumlah rokok yang dihisap dapat dilihat pada tabel
6.
Tabel 6. Dstribusi Responden
Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap Pada siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010
No
|
Jumlah rokok/hari
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
10
|
12
|
80
|
2
|
11-21
|
3
|
20
|
3
|
21-30
|
-
|
-
|
4
|
31
|
-
|
-
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber:
Data primer 2010.
Tabel
6 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar responden
berada pada kelompok 10 batang/hari yaitu sebanyak 12 orang (80%), sedangkan
yang terendah pada kelompok 11-21 batang/hari yaitu hanya sebanyak 3 orang (20%).
Perokok
dikatakan sangat berat adalah bila
mengkonsumsi rokok 31 batang perhari, perokok berat 21-30 batang sehari,
perokok sedang 11-21 perhari, perokok ringan 10 batang perhari
(http//:www.e-psikologi/merokok+remaja.com).
Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar reesponden atau sebanyak 12
orang dalam sehari hanya menghabiskan rokok 10 batang. Oleh karena itu tipe
perokok pada remaja dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai perokok
ringan.
g. Mulai Merokok
Mulai
merokok merupakan usia awal siswa yang bersangkutan atau responden mulai dan
pertama kali merokok. Siswa mulai merokok ini biasanya dengan alasan-alasan
tertentu dari dalam diri masing-masing. Distribusi responden menurut mulai merokok dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel
7. Distribusi Responden Menurut Usia
Mulai Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Usia merokok
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
|
1
|
6-8
|
1
|
6,7
|
|
2
|
9-11
|
_
|
_
|
|
3
|
12-14
|
8
|
53.3
|
|
4
|
15-17
|
6
|
40
|
|
Jumlah
|
15
|
100
|
||
Sumber:
Data primer 2010.
Tabel
7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mulai merokok pada kelompok usia
12-14 tahun sebanyak 8 orang (53,3%), dan kelompok usia 15-17 tahun sebanyak 6
orang (40%), sedangkan yang terendah responden mulai merokok pada kelompok usia
6-8 tahun sebanyak 1 orang (6,7%).
Sebagian
besar usia responden pertama kali atau mulai merokok pada usia yang merupakan
fase yang paling rentan bagi remaja untuk menerima perilaku-perilaku negatif
termasuk perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia 12-14
tahun merupkan fase peralihan dari masa remaja awal/dini menuju masa remaja
pertengahan, yang segala sesuatu hal diterima tanpa memikirkan konsekuensi atau
baik buruknya segala sesuatu yang dilakukan remaja tersebut. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh soetjiningsih (2007), yang
menyatakan bahwa lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta
diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari.
Menjadi
perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak
masa remaja. Mula-mula individu mencoba merokok, merasakan tekanan rekan sebaya
untuk merokok, dan mengembangkan sikap tentang seperti apa seorang perokok.
Setelah melalui proses-proses tersebut, barulah individu menentukan apakah akan
terus mengkonsumsi nikotin atau tidak (Sentika, 2008).
Berdasrkan
teori yang menyatakan bahwa dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasrkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahap berikut:
masa remaja awal/dini (early adolescence)
umur 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle
adolescence) umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun (Rejeki, 2007).
2. Alasan
merokok
Begitu
banyak alasan yang disampaikan oleh remaja mengapa dia melakukan aktivitas merokok
diantaranya yaitu:
1. Ikut-ikutan. Remaja dalam
berperilaku merokok cenderung mengikuti atau melihat teman-temannya yang
merokok. Biasannya semakin banyak teman-teman remaja yang merokok maka semakin
tinggi kemungkinan remaja itu merokok juga. Teman-teman sebaya memberi pengaruh
penting dalam pembentukan perilaku pada remaja. Dalam penelitian ini responden
pertama kali merokok karena melihat teman-temannya merokok, selain itu desakan
dari teman-taman kalu tidak merokok dianggap tidak solider dengan teman-teman
sebayanya.
2. Coba-coba. Remaja cenderung
ingin mencari sesuatu yang baru yang belum dia peroleh. Dalam penelitian ini
kebanyakan remaja sebelum berperilaku merokok mereka ingin tahu bagaiman
rasanya kalau merokok, hal ttersebut dilatar belakangi karena seringnya remaja
melihat lingkungan sosialnya baik dari lingkungan keluarga maupun dari
lingkungan teman-teman sebayannya yang hampir semua merokok.
3. Hilangkan stress. Begitu
banyak tugas yang dibebankan kepada siswa membuat siswa merasa perlu ada
sesuatu yang dapat menghilangkan beban yang ada dipikiran mereka. Salah satu
cara yang mereka lakukan yaitu dengan cara mengkonsumsi rokok. Berdasarkan
hasil pengamatan dilokasi penelitian siswa tidak segan-segan keluar dari ruang
kelas meskipun proses belajar mengajar berlangsung hanya untuk mengkonsumsi
rokok. Distribusi responden menurut alasan merokok dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel
8. Distribusi Responden Menurut Alasan
Merokok Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Alasan merokok
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Coba-coba
|
6
|
40
|
2
|
Ikut-ikutan
|
6
|
40
|
3
|
Meningkatkan kesan kejagoan
|
-
|
-
|
4
|
Hilangkan sress
|
3
|
20
|
5
|
Tidak tahu bahaya rokok
|
-
|
-
|
6
|
Dorongan teman sebaya
|
-
|
-
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010.
Tabel
8 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar responden
memiliki alasan merokok karena ikut-ikutan yaitu sebanyak 6 orang (40%) dan
coba-coba yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan yang terendah responden
merokok dengan alasan untuk menghilangkan stress yaitu sebanyak 3 orang (20%)
Hal
ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa alasan remaja merokok yaitu
adanya rasa ingin tahu atau coba-coba hingga ketergantungan, adanya hasrat
untuk berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya dimana dalam hal ini remaja
merokok cenderung mengikuti teman-temannya yang merokok, apabila remaja tidak
merokok dianggap tidak solider dengan lingkungannya, selain itu remaja
cenderung merokok karena alasan untuk menghilangkan stress atau konflik batin
atau masalah yang sulit diselesaikan (PMI, 1996: 41)
Selain
itu bila melihat usia responden pertama kali mengenal rokok masih sangat dini
atau muda, dimana mereka belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya,
shingga apapun yang dilakukannya hannya mengikuti aspek emosional atau
perasaannya saja tanpa harus memikirkan dampak buruk atau dampak negtif baik
bagi dirinnya maupun bagi orang lain dilingkungan sekitarnya.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari informan kunci yaitu koordinator BK (Drs. Muis)
mengatakn bahwa ” Dari sekian kasus yang kami tangani, salah satu alasan kenapa
mereka merokok yaitu karena ikut-ikutan melihat temannya merokok, bahkan
melihat guru mengajarnya merokok, sehingga meberikan persepsi terhadap diri
remaja tentang sosok seorang guru atau teman yang merokok”
3. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja
a. Lingkungan sosial yang
mempengaruhi merokok
Lingkungan
sosial merupakan lingkungan yang mempengaruhi siswa merokok termaksud di dalamnya
yaitu lingkungan keluarga, teman atau sahabat, dan media iklan
a) Pengaruh Keluarga atau Teman
Lingkungan
sosial dengan berbagai ciri khususnya mengenai peranan besar terhadap munculnya
corak dan gambaran kepribadian besar terhadap remaja. Kesenjangan antara norma
ukuran dalam keluarga atau teman perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan
yang serba tidak menentu dari suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku
tanpa kendali yakni penyimpangan dari peraturan yang ada. Distribusi responden
menurut lingkungan keluarga atau teman dapat dilihat pada tabel 9
Tabel
9. Distribusi Responden Menurut Pengaruh Keluarga Atau Teman Pada Siswa SMA N 2
Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Pengaruh
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Keluarga
|
4
|
26,7
|
2
|
Teman
|
11
|
73,3
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010
Tabel
9 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar responden
berperilaku merokok karena pengaruh lingkungan pergaulan atau temannya yaitu
sebanyak 11 orang (73,3%), sedangkan sisanya responden berperilaku merokok
karena pengaruh dari lingkungan keluarga yaitu hanya sebanyak 4 orang (26,7%).
Berdasarkan
penelitian ini diketahui sebagian besar responden mengenal atau memiliki
kebisaan merokok karena pengaruh teman-teman. Hal ini karena remaja memiliki
hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya, dorongan sosial dari lingkungan
yang mendesak remaja untuk merokok atau kalu tidak merokok dianggap tidak
solider dengan lingkungan sosialnya.
Selain
itu, dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok terdapat responden yang
memperoleh rokok dari pemberian teman. Distribusi responden menurut pemberian
rokok oleh teman dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel
10. Distribusi Responden Menurut Pemberian Rokok Oleh Teman Pada Siswa SMA N 2
Bau-Bau Tahun 2010
No
|
Pemberian teman
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Ya
|
12
|
80
|
2
|
Tidak
|
3
|
20
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 15 responden
yang memiliki kebiasaan merokok, terdapat 12 responden (80%) yang konsumsi
rokoknya berasal dari pemberian teman dan 3 orang (20%) tidak. Hal ini sesuai
dengan berbagai fakta yang mengungkapkan bahwa makin banyak remaja merokok
makin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga.
”Banyak
remaja yang merokok bukan karena ia membeli atau mengkonsumsi rokok menggunakan
uang yang ia miliki, tapi remaja mengkonsumsi rokok karena pemberian dari
teman-temannya yang merokok sebagai bukti solidaritas antara sesama teman
terutama teman yang merokok” Dikutip dari hasil wawancara salah satu informan
kunci yitu guru agama (Arwahi)
Selain
itu dari 15 responden yang memiliki perilaku merokok, terdapat responden yang
merokok tanpa sepengetahuan dari orang tua. Distribusi responden menurut
sepengetauan oarang tua terhadap perilaku remaja dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel
11. Distribusi Responden Menurut Sepengetahuan Orang Tua Pada Siswa SMA Negeri
2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Diketahui orang tua
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Ya
|
1
|
6,7
|
2
|
Tidak
|
14
|
93,3
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010
Tabel
11 menunjukkan bahwa dari 15 responden hanya 1 orang (6,7%) yanng merokok
berdasarkan sepengetahuan orang tua, dan sebagian besar yaitu sebanyak 14 orang
(93,3%) memiliki kebiasaan merokok tanpa sepengetahuan dari oarag tuaannya.
Sebagian
besar orag tua responden tidak tahu bahwa anak mereka merokok, karena
kebudayaan timur yang masih kuat yang menganggap bahwa merokok di usia terlalu
dini merupakan perilaku reamaja nakal, sehingga remaja cenderung menutupi
perilaku mereka termakasud perilaku merokok agar tidak diketahui oleh orang
tua.
Menurut
Afriyani (2009) bahwa dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan
adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui
seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya
mengambil dua sikap bicara yaitu, sikap atau cara yang bersifat prefentif, dan
cara yang bersifat represif.
Situasi
kebudayaan bisu ini akan mampu memtiakn kehidupan itu sendiri dan pada sisi
yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat
berakar pada kurangnya dialog pada masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena
orang tua terlalu menyibukkan diri sehingga kebutuhan yang lebih mendasar yaitu
perhatian dan kasih sayang tiak diperoleh oleh anak. Perhatian orang tua dengan
memberikan kesenangan berupa material ternyata belum mampu menyentuh keemanusiaan
anak.
b) Pengaruh Media iklan
Media
iklan merupakan sarana informasi produk (rokok) yang disampaikan kepada
konsumen sebagai pengguna rokok. Distribusi responden menurut pengaruh media iklan
dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel
12. Distribusi Responden Menurut Pengaruh Media Iklan Pada Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Pengruh iklan
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Ya
|
8
|
53,3
|
2
|
Tidak
|
7
|
46,7
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010
Tabel
12 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok terdapat 8 orang (53,3%)
yang menganggap bahwa iklan rokok memberi pengaruh terhadap perilaku merokok
bagi diri mereka, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 7 orang (46,7%) menganggap
bahwa iklan rokok tidak memberi pengaruh terhadap perilaku merokok bagi diri
mereka. Hal ini sesuai dengan fenomena yang ada di masyarakat bahwa usia remaja
merupakan fase dimana seseorng selalu mencari figur sebagai idola untuk
dijadikan contoh atau panutan dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi industri
rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap mencari identitas.
Melalui iklan di televisi biasanya para remaja meniru dan mengikuti gaya hidup
para idolanya.
Tema
iklan rokok sealalu menampilkan pesan positif seeperti macho, bergaya, peduli,
dan setia kawan. Sehingga dengan adanya iklan rokok dengan artis idola mereka
sebagai bintang iklan bukannya membuat remaja sadar akan bahaya rokok melainkan
remaja semakin menganggap bahwa rokok sebagai lambang kejantanan, kesuksesan,
kenikmatan, kebebasan, kedewasaan dan lain-lain. Yang kesemuanya merupakan buayan
yang mengajak masyarakat khususnya remaja untuk merokok.
4.
Dampak perilaku merokok
Sebagaimana
halnya berbagai aktivitas, merokok ada dampak yang ditimbulkannya, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Namun jika dikaji lebih jauh dampak yang
ditimbulkan dari perilaku merokok ini yaitu cenderung kedampak negatif
dibandingkan dampak positifnya.
1)
Dampak positif bagi perokok
a) Mengurangi stress. Remaja cenderung merokok
karena mereka merasa begitu banyak beban yang dihadapi disekolah, seperti
tugas. Untuk mengatasi hal itu remaja menkonsumsi rokok untuk menghilangkan
beban yang ada pada diri mereka. Dengan mengkonsumsi rokok bebn tersebut bisa
menghilang untuk sementara.
b) Menimbulkan perasaan nikmat. Dampak yang
dirasakan remaja disaat merokok mereka merasakan kenikmatan dari asap rokok
yang mereka hisap, bahkan dengan memegang rokok saja mereka merasakan
kenikmatan.
c) Mempererat pergaulan. Dengan merokok remaja
dapat mempererat pergaulan antara sesama teman khususnya teman yang merokok. Remaja
dalam berperilaku merokok biasanya menggunakan rokok sebagai lambang
penghargaan terhadap teman sebayanya yang lain. Apabila salah satu teman tidak
memili rokok, satu batang rokok pun bisa dikonsumsi berdua. Distribusi
responden menurut dampak positif yang ditimbulkan dari perilaku merokok dapat
dilihat pada tabel 13.
Tabel
13. Distribusi Responden Menurut Dampak Positif
Dari Merokok Pada Siswa SMA Negeri
2 Bau-Bau Tahun 2010
No
|
Dampak Positif Merokok
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Nikmat
|
10
|
66,7
|
2
|
Mempererat pergaulan
|
3
|
20
|
3
|
Hilangkan stress
|
2
|
13,3
|
4
|
Meningkatkan keberanian
|
-
|
-
|
5
|
Mengurangi nafsu makan
|
-
|
-
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010.
Tabel
13 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, diperoleh data tentang
dampak positif yang ditimbulkan dari perilaku merokok yaitu sebanyak 10
responden (66,7) yang mengatakan bahwa merokok itu dapat menimbulkan perasaan
nikmat. Dengan merokok bahkan memegang rokok bagi responden hal tersebut dapat
memberikan kenikmatan tersendiri terutama disaat menghembuskan asap rokok yang
digisap ada perasaan nikmat yang dirasakan, bahkan menurut responden kalu habis
makan terus tidak merokok, responden merasakan ada sesuatu yang kurang.
sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2 responden (13,3%) yang mengatakan bahwa
merokok itu dapat menghilangkan perasaan stress, hal itu disebabkan karena
banyaknya beban yang ditanggung oleh remaja bahkan disaat menghadapi lawan
jenisnya harus mengkonsumsi rokok agar terlihat tenang.
2)
Dampak negatif bagi perokok
Meskipun
rokok dapat menimbulkan perasan nikmat namun rokok juga dapat menimbulkan
dampak negatif. Ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku
merokok
a)
Rokok mengandung 400 jenis bahan racun yang berbahaya bagi kesehatan.
Dengan merokok kandungan nikotin yang ada dalam rokok dapat mendorong
pengapuran jantung dan pembuluh darah, tar yang dapat menyumbat dan mengurangi
saluran nafas dan dapat menyebabkan kanker.
b)
Rokok menurunkan kosentrasi. Dengan merokok kita tidak dapat berkosentrasi
dengan tepat, karena pikiran kita terbagi antara rokok yang kita konsumsi dengan aktivitas lain yang
kita lakukan, misalnya sewaktu mengemudi
c)
Rokok menurunkan kebugaran. Biasanya perokok berat cenderung tidak bugar,
salah satu anggota tubuh seperti rambut terlihat kering bahkan dapat
menyebabkan bau mulut
d) Rokok bukan hannya meracuni
para perokok sendiri, namun juga orang disekitarnya. Biasanya perokok cenderung
merokok ditempat-tempat umum dimana temapat tersebut banyak orang yang tidak
merokok. Bagi perokok pasaif akan memperoleh dua kali lipat racun yang
diperoleh dari perokok aktif.
e)
Menimbulkan ketergantungan. Semakin lama mengkonsumsi rokok semakin banyak
racun yang kita hirup, salah satunya dapat menyebabkan rasa ketergantungan
terhadap rokok, bahkan apabila remaja tidak merokok dalam sehari mereka akn
merasakn perasaan yang tidak enak.
f)
Memboroskan. Perilaku merokok dapat memboroskan karena uang yang semestinya
bukan digunakan untuk merokok, namun karena merokok sudah merupakan barang yang
harus dikonsumsi maka untuk memperolehnya harus menggunakan uang jajan untuk
mendapatkan ebatang rokok.
g)
Menyulut kebakaran. Putung rokok yang habis dipakai apabila dibuang tidak
pada tempatnya, bisa menyebabkan kebakaran, karena pabila puntung rokok
tersebut mengenai benda-bendah yang mudah terbakar, maka puntuk tersebut akan
menyulut kebakaran. Distribusi responden berdasrkan dampak negatif yang
ditimbulkan dari perilaku merokok dapat dilihat pada tabel 15
Tabel
14. Distribusi Responden Menurut Dampak Negatif Merokok PadaSiswa SMA N2
Bau-Bau Tahun 2010.
No
|
Dampak negatif merokok
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Ketergantungan
|
3
|
20
|
2
|
Menurunkan kosentrasi
|
-
|
-
|
3
|
Menurunkan kebugaran
|
-
|
-
|
4
|
Meracuni orang lain
|
-
|
-
|
5
|
Memboroskan
|
12
|
80
|
6
|
Menyulut kebakaran
|
-
|
-
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Sumber: Data primer 2010.
Dari
tabel 14 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, diketahui sebanyak
12 orang (80%) yang mengatakan bahwa dampak negatif dari merokok yaitu
memboroskan, sedangkan sisanya sebanyak 3 responden (20%) yang mengatakan
dampak negatif dari merokok yaitu dapat menimbulkan rasa ketergantungan
terhadap rokok.
Berdasarkan
penelitian dilapangan diketahui bahwa dampak yang ditimbulkan setelah
mengkonsumsi rokok yaitu dapat menyebabkan pemborosan, karena uang yang
semestinya bukan digunakan untuk merokok dengan rokok remaja tidak segan-segan
memotong atau memangkas uang jajan yang diberikan oleh orang tua. Bahkan
diketahui bahwa kebanyak remaja memporoleh uang untuk membeli rokok dengan
membohongi orang tua mereka bahwa disekolah ada kegiatan yang mebutuhkan dana
atau sumbangan dari siswa. Selain itu untuk dampak yang besar dari merokok responden
dalam penelitian ini belum terlalu merasakan dampak dari perilaku merokok
karena responden atau remja tersebut masih kategori perokok ringan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
penyajian analisa dan pembahasan hasil penelitian serta beberapa faktor
kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Alasan merokok. Berbagai macam
alasan yang dikemukakan oleh remaja mengapa mereka merokok diantaranya yaitu
karena ikut-ikutan sebanyak 6 orang (40%), coba-coba sebanyak 6 orang (40%) dan
hilangkan stress sebanyak 3 orang (20%). Di SMA Negeri 2 Bau-Bau alasan remaja
merokok didominasi karena alasan ikut-ikutan dan coba-coba.
b. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja
1) Lingkungan
sosial. Lingkungan sosial remaja menjadi faktor penting dalam pembentukkan
kepribadian remaja. Siswa SMA Negeri 2 Bau-Bau mengenal atau memiliki kebisaan
merokok karena pengaruh teman yaitu sebanyak 11 orang (73,3%), pengaruh
keluarga yaitu sebanyak 4 orang (26,7%). Dan yang paling mempengaruhi remaja
sehingga berperilaku merokok yatu karena pengaruh teman. Hal ini karena remaja
memiliki hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya, dorongan sosial
dari lingkungan yang mendesak remaja untuk merokok atau kalu tidak merokok
dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya.
2).
Pengaruh media iklan. Dalam penelitian ini diketahui remaja merokok karena
pengaruh dari media iklan dan tidak terpengaruh oleh media iklan. Remaja yang
merokok karena pengaruh media iklan yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) dan hal itu
menjadi faktor yang sangat mempengaruhi remaja merokok dan sisanya yaitu remaja
merokok karena tidak terpengaruh oleh media iklan yaitu sebanyak 7 orang
(46,7%).
c. Dampak yang ditimbulkan dari
perilaku merokok.
Perilaku
merokok sama dengan aktivitas lainnya yang memiliki dampak positif dan dampak
negtaif dari merokok
1) Dampak positif. Dalam
penelitian ini diketahui bahwa dengan merokok remaja dapat merasakan dampak
positif bagi dirinya yaitu perasaan nikmat sebanyak 10 orang (66,7), dan bagi
lingkungannya yaitu denagn merokok remaja bisa mempererat pergaulan yaitu
sebanyak 2 orang (13,3%) atau dengan kata lain dengan merokok remaja dianggap
solider dengan lingkungan sosialnya terutama sesama teman sebayanya yang
merokok.
2) Dampak negatif. selain dampak
positif merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif. Kecenderungan remaja
dalam penelitian ini diketahui bahwa dengan merokok mereka merasakan dampak
negatif yaitu memboroskan sebanyak 12 orang (80%) dan sisanya yaitu menimbulkan
ketergantungan sebanyak 3 orang (20%).
B.
Saran-Saran
Mengingat
jumlah perilaku merokok pada remaja semakin meningkat, baik yang terjadi
dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat, maka perlu perhatian dan
tanggung jawab penuh terhadap anak remaja tersebut.
Untuk
mencegah dan mengurangi perilaku merokok pada remaja antara lain
langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:
1. Perlu pembinaan bagi remaja
tentang moral dan agama dalam rangka penciptaan pola kepribadian dikalangan
remaja.
2. Para orang tua dan anggota
masyarakat sekiranya lebih mengarahkan dan memberi perhatian penuh terhadap
perkembangan anak remaja yang akan menuju ke masa kedewasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriani,
Pengaruh Lingkungan Terhadap Pergaulan
Remaja.
http://afriyaniremaja.blogspot.com/.Diakseses
pada tanggal 19 februari 2009.
Alisjahbana,
s. Takdir. 1986. Antropologi Baru, Nilai-Nilai
Sebagai tenaga Integrasi Dalam Pribadi Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta.
PT. Dian Rakyat.
Atkinson,
1999. Pengantar Psikologi. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Basyir,
Abu Umar. 2006. Mengapa Ragu Tinggalkan
Rokok?. Pustaka AT-Tazkia. Jakarta.
Daravill Wendy & Powell Kesley.
2002. The Puberty Book (Panduan Untuk
Remaja). Jakarta. Gramedia.
David,
O. Sears, 1995. Psikologi Sosial.
Erlangga. Jakarta.
Depkes, 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensinya di Indonesia,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Hurlock
B Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan.
Jakarta PT
Gramedia.
http//:www.e-psikologi/merokok+remaja.com.
Diakses tanggal 21 februari 2010.
http://carahidup.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/Daftar-10-Negara-Perokok-Terbesar-di-Dunia.doc.
Diakses tanggal 21 februari 2010.
Jujun
Sumantri, 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Individu. Ady Sakti, Jakarta.
Kalangie, S. Nico. 1996. Kebudayaan. Jakarta: Devisi dari Kesain
Blanq.
Komalasari,
Dian, 2007. Tesis Faktor-Faktor Penyebab
Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses pada tanggal 22 februari 2009.
Mappiare, A. 1992. Psikologi Remaja. Usaha Nasional.
Surabaya.
Naiggolan,
R. 1998. Anda Mau Berhenti Merokok?. Indonesia Publishing House. Bandung.
Odum, Eugene, P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga.
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Rejeki, Sri, 2007. Kesehatan Reproduksi Remaja. http://www.kespro info/?q=node/406. Diakses pada
tanggal 25 d3s3mber 2008.
Sentika,
Rahmat, 2008. Perlindungan dan Pencegahan
Merokok pada Anak. http://www.kpai.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=140&itemid=178&lang=.
Diakses pada tanggal 30 deesember 2008.
Sitepoe. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta. Gramedia.
Soekidjo, Notoatmojo, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, jakarta: Rineka
Cipta.
Soetjiningsih,
2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.
Sagung seto. Jakarta.
TIM
PMI, 1996. Pendidikan Remaja Sebaya
Tentang Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja. Mabes Palang Merah Indonesia.
Tuwu,
Alimudin, 1993. Pengantar Metode
Penelitian. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press)
Widianti,
Efri. Remaja dan Permasalahannya: Bahaya
Merokok, Penyimpangan Seks Pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/.
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploac/publikasi_dosen/1A%20makalah.remaja&masalahnya.pdf.
diakses pada tanggal 19 februari 2009.
triima kasih atas ilmunya gan,, by ary in madura
BalasHapusagan kuliahnya dimana?
BalasHapusmakasih ilmunya ..
BalasHapus